New Delhi/Islamabad (ANTARA News) - Pihak berwenang di Kashmir, India, mengumpulkan jasad perempuan dan anak-anak, yang mengambang di jalan pada Kamis, sementara kemarahan korban selamat memuncak karena menilai upaya penyelamatan korban banjir terburuk dalam 50 tahun itu asal jadi.

Daerah sengketa di kawasan Himalaya itu, baik di sisi India maupun Pakistan, dilanda banjir dalam beberapa hari belakangan. Sekitar 450 orang tewas dan kota Srinagar di wilayah Kashmir-India merupakan daerah paling parah terkena bencana tersebut.

"Beberapa pejabat angkatan udara juga melaporkan bahwa mereka melihat mayat perempuan dan anak-anak mengambang. Kami melakukan segala upaya untuk mengumpulkan mayat-mayat itu secepat mungkin," kata polisi Srinagar, Faizal Wani.

Kedahsyatan banjir tersebut mengejutkan pemerintah Kashmir-India dan memantik kemarahan di kawasan berpenduduk mayoritas Muslim itu dimana revolusi selama 25 tahun menentang pemerintahan India masih membara.

Wani mengatakan pihak militer dan pejabat pemerintah memindahkan korban selamat ke rumah sakit lapangan dan kamp-kamp bantuan di lokasi yang lebih tinggi.

Hampir 100 ribu orang diselamatkan oleh militer pekan lalu dan sebagian warga berlindung di masjid-masjid.

Polisi mengatakan beberapa warga Srinagar terjebak di lantai atas rumah mereka sejak Sungai Jhelum meluap akibat hujan deras pekan lalu. Sungai tersebut mengalir dari Kashmir di sisi India hingga Pakistan, kemudian turun ke lembah sungai Indus.

Para pejabat mengatakan sebanyak 220 orang tewas di Srinagar yang berpenduduk 1 juta orang, dikelilingi gunung-gunung dan berlokasi di tepi Danau Dal, namun skala bencana itu baru bisa diketahui jelas setelah banjir surut.

Basharat Peer, wartawan dan penulis buku mengenai konflik Kashmir yang bekerja sebagai relawan di Srinagar mengatakan respon terhadap bencana itu menyedihkan.

"Ini jelas kasus mismanajemen. Kenapa kebutuhan pokok masih belum tersedia?" kata Peer.

"Ada ribuan orang mencari keluarga mereka. Mereka tidak tahu apakah keluarga mereka tewas atau masih hidup. Kami tidak punya air minum, tidak ada obat-obatan dan makanan untuk diberikan kepada anak-anak," katanya.

Di negara tetangga Pakistan, sebanyak 257 orang tewas dan jumlah korban tewas tersebut kemungkinan bisa meningkat.

Setengah juta orang terkena dampak banjir di pakistan dan lahan-lahan pertanian terendam.

Pihak berwenang India di New Delhi mengatakan mereka kewalahan menghadapi banjir terparak dalam setengah abad tersbeut.

Perdana Menteri Narendra Modi akan menggelar pertemuan darurat untuk mengatasi bencana tersebut.

"Kami terkejut melihat surga kami hancur. Penilaian untuk bencana tersebut belum dimulai," kata pejabat senior kementerian dalam negeri di New Delhi seperti dilaporkan Reuters.

(SYS/S022/B002)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014