Ambon (ANTARA News) - Permpuan aktivis asal Maluku Elvira Marlien Marantika menjadi salah satu dari tiga delegasi Indonesia dalam Konferensi Masyarakat Adat Sedunia (United Nations World Conference on Indigenous Peoples - WCIP) yang diselenggarakan oleh PBB di markas besarnya di New York, Amerika Serikat, pada 22--23 September 2014.

Elvira Marlien Marantika saat dikonfirmasi membenarkan, dirinya bersama dua orang aktivis perempuan lainnya, yakni Olvy Oktavianita Tumbelaka dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kalimantan Timur, dan Dina Lumbantobing dari Perkumpulan Sada Ahmo, Sumatera Utara akan membawa suara dan usulan dari perempuan adat Indonesia ke WCIP.

"Kami dikirim oleh Just Associates (JASS) Asia Tenggara dan Forum Aktivis Perempuan Muda Indonesia (FAMM-I) sebagai delegasi Indonesia untuk membawa suara dan usulan perempuan adat dan juga organisasi kami yang bekerja mempertahankan sumber daya alam di daerah masing-masing," katanya.

Wanita dari suku Kuralele, Maluku yang bekerja mengorganisir perempuan di kelompok akar rumputnya melalui Yayasan Himpunan Maluku Untuk Kemanusiaan (HUMANUM) itu mengatakan, masyarakat adat telah mengalami penindasan dalam waktu yang lama, kondisi demikian yang mendorong banyak perempuan adat di Indonesia untuk melakukan pengorganisasian guna memperkuat komunitas adatnya masing-masing.

"Komunitas adat telah lama mengalami penindasan, dalam kondisi ini bagaimana mereka mampu memperkuat dirinya sendiri, inilah yang telah mendorong para perempuan adat untuk bergerak melakukan pengorganisasian," katanya.

Dikatakannya lagi, para perempuan adat belajar dari pengalaman mereka sebagai sumber kekuatan, menganalisis situasi mereka sendiri, dan belajar memperjuangkan akses ke sumber daya untuk bisa mengontrol masa depan mereka.

"Inilah kekuatan mengorganisir, menyadari pengalaman sendiri, menganalisa situasi dan berjuang untuk akses terhadap kontrol terhadap masa depan sendiri," katanya.

Elvira Marlien Marantika adalah wanita dari suku Kuralele - Maluku yang telah bekerja selama hampir lebih dari 13 tahun di HUMANUM untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, dirinya bersama dua aktivis perempuan Indonesia lainnya akan dikirim oleh JASS Asia Tenggara dan FAMM-I ke WCIP.

Ketiganya akan membawa hasil dari pengalaman lokakarya mengenai perempuan adat yang digelar oleh JASS di Jawa Barat pada Juli 2014, dengan peserta tidak hanya dari Indonesia tetapi juga perwakilan perempuan adat dari Filipina, Kamboja, Malaysia, dan Myanmar, di mana mereka saling berbagi dan merefleksikan pengalaman perempuan dalam pengorganisasian perempuan adat.

Pewarta: Shavira Alaidrus
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014