Saat narkoba mulai masuk, banyak yang mulai berhenti bekerja melaut karena lebih enak jual narkoba meski berisiko tinggi."
Jakarta (ANTARA News) - "Bersihkan dulu polisinya dari narkoba, baru bisa bersihkan Kampung Ambon." Kalimat itu dilontarkan Alfonsina (48) dengan lantang kepada para petinggi Polri yang mengunjungi Kampung Ambon, Cengkareng, Jakarta Barat.

Alfonsina atau akrab dipanggil dengan Sheynda ini merupakan sosok penting dalam "revolusi" Kampung Ambon menjadi area bebas dari narkoba.

Ia menjadi mitra Polres Jakarta Barat dalam penindakan keras hingga pembinaan warga pasca operasi "RW bebas Narkoba".

Ketua RT 7, Kampung Ambon ini, dikenal tidak mau berkompromi dengan para pemilik lapak narkoba meskipun para koleganya sesama ketua RT kerap menerima uang "jatah" dan para tetangga menerima uang "berisik" pada masa keemasan peredaran narkoba, awal 2009 hingga akhir 2012.

Lapak narkoba menjadi jualan utama bisnis narkoba di Kampung Ambon karena menyediakan layanan berupa penjualan narkoba (kerap disebut restoran narkoba) dengan dilengkapi tempat berpestanya.

Para pengunjung dapat menyewa ruangan (lapak) untuk memakai narkoba sehingga aman dari razia karena ketika meninggalkan Kampung Ambon tidak membawa barang bukti.

Pada masa keemasan itu pula, perempuan asal Ambon ini sempat ditawari pemilik lapak uang jatah Rp20 juta per bulan seperti yang dilakukan kepada ketua RT lain.

Begitu pula halnya dengan uang "berisik" yakni uang yang diberikan pemilik lapak kepada para tetangga setiap hari Sabtu dengan kisaran Rp300.000 hingga Rp500.000 per minggu.

"Saya ingat betul, seorang pemilik lapak datang ke rumah pagi-pagi sekali untuk minta izin buka lapak dengan membawa uang Rp20 juta. Lalu dia bilang, ambil saja karena tidak ada yang tahu. Saya marah betul waktu itu, dan bilang Tuhan tahu," ujar dia.

Keinginan Sheynda membersihkan Kampung Ambon dari jerat narkoba dilatari kegelisahannya karena sebagai besar pelaku merupakan penganut agama Kristen.

Menurut dia, pada awalnya, tahun 1973, ketika pertama kali dibuka, kampung ini seperti halnya kampung-kampung yang ada di Jakarta.

Sebagian besar warga memang berasal dari Ambon, Maluku dengan profesi sebagai buruh, pelaut, dan pedagang sehingga disebut Kampung Ambon.

"Saat narkoba mulai masuk, banyak yang mulai berhenti bekerja melaut karena lebih enak jual narkoba meski berisiko tinggi," ujar dia.

Sebagai penganut agama yang taat, ia pun terpanggil untuk menyadarkan warga setempat sehingga berani menghadapi risiko seperti menjadi target operasi penjebakan oknum petugas, hingga ancaman pembunuhan.

"Saya yakin bahwa Tuhan akan melindungi, mau mati kan bisa di mana saja. Saya tahu pernah ada polisi yang mau menjebak dengan mengatakan saya juga pengedar," kata ibu satu anak ini.

Berdasarkan keinginan itu, Sheynda pun mulai bergerak dengan melarang tegas peredaran narkoba di wilayahnya yakni RT 7.

Ia tidak mengizinkan satu lapak narkoba pun berdiri, demikian pula dengan parkir kendaraan sehingga setiap ada razia selalu dinyatakan sebagai kawasan steril.

Menurut dia, butuh keberanian untuk menjalankannya karena pada masa keemasan itu terdapat sekitar 50 lapak narkoba yang tersebar di 15 Rukun Tetangga.

"Saya pecahin kaca dan kempesin ban mobil yang parkir di blok RT 7. Jika ada yang tidak suka silakan temui saya. Pernah ada yang bilang, kenapa dipecahin karena itu mobil polisi, terus saya bilang kenapa parkir di sini saat jam dinas," kata Sheynda yang dijumpai Antara di kediamannya bersama sang suami Beth Agustinus Lohy.

Sheynda mengatakan pada suatu kesempatan pernah mendapati satu unit mobil aparat terparkir di muka jalan menuju bloknya atau tempatnya di halaman masjid.

Kenyataan itu, sempat membangkitkan amarahnya karena sejak awal melarang siapa pun parkir di halaman masjid kecuali bagi yang ingin beribadah.

"Penjaga masjid telepon, terus saya bilang gembok saja pagarnya. Rupanya ada enam orang anggota yang nakal, habis apel langsung ke Kampung Ambon," kata dia.

Kemudian, ia pun menelepon anggota provost salah satu institusi dan akhirnya aparat yang nakal itu langsung digelandang tanpa bisa berkutik.

"Saya ingat betul ada satu orang yang memanggil saya Uci, karena sama-sama orang Ambon dan minta tolong jangan dilaporkan. Tapi saya bilang tidak bisa," ujar dia.

Keberanian putri pasangan Pieter Nitalessy dan Fransisca Nitalessy ini tidak terlepas dari dukungan keluarganya, yakni anak dan suami.

 Jika ketua RT lain sulit bertindak karena anggota keluarganya juga terlibat bisnis narkoba, maka berbeda halnya dengan keluarganya.

Ia yang mendapatkan kepercayaan menjadi ketua RT sejak tahun 2002 atau menggantikan ibu kandungnya yang telah menjabat selama 17 tahun merasa harus menjaga kepercayaan warga tersebut.

"Anak saya saat ini di Belgia karena bersuami orang sana, suami saya seorang koki. Jadi memang keluarga kami bersih dari narkoba dan semua orang tahu itu," kata lulusan Fakultas Hukum UKI ini.

Kini, keseharian Sheynda telah berubah. Tidak lagi aksi patroli bak polisi karena Kampung Ambon telah dinyatakan bersih dari narkoba oleh Polres Jakarta Barat.

Ia pun kini mengabdikan diri sebagai fasilitator Badan Narkotika Nasional untuk Kampung Ambon dengan mengatur sejumlah pelatihan keterampilan kepada warga setempat. Pelatihan itu diantaranya, servis telepon seluler, bengkel, konveksi, pembuatan asesoris, dan lainnya.

"Pada 17 September ini, rencananya akan ada pelatihan kuliner. Yang ngajar suami saya sendiri karena dia seorang koki hotel berbintang," kata dia.

Joni, salah seorang warga Kampung Ambon membenarkan sikap tegas Sheynda dalam memerangi peredaran narkoba.

"Dulu ada arena ding dong di sini, jika Bu Sheynda sudah berdiri di muka blokmaka pemilik akan buru-buru tutup karena sudah lewat jam buka," ujar Joni yang berprofesi sebagai tukang ojek ini.

Setelah memastikan Kampung Ambon bersih dari narkoba, dalam doanya, Sheynda selalu berharap agar masa-masa kelam di Kampung Ambon tidak terulang lagi.

Hal ini dilatari banyaknya kejadian yang menyakitkan terjadi di hadapan mata, seperti perceraian, kasus pembunuhan, bunuh diri, penembakan, over dosis, hingga meninggal karena sakit.

"Saya akan sekuat tenaga menjaga Kampung Ambon," katanya.


Oleh Dolly Rosana
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014