Sukabumi (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menyebutkan selama musim kemarau rawan terjadi kebakaran baik rumah, ladang maupun hutan.

"Hampir setiap hari kami menerima laporan adanya kebakaran, tetapi saat ini mayoritas laporan yang masuk ke kami adalah kebakaran rumah dan ladang," kata Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD Kabupaten Sukabumi, Usman Susilo kepada Antara, Selasa.

Menurut Usman, pihaknya juga sudah mengeluarkan surat imbauan ke seluruh kecamatan dan desa yang ada di Kabupaten Sukabumi agar selama musim kemarau ini warga tidak menyalakan api tanpa pengawasan seperti sedang memasak.

Selain itu, untuk sementara petani agar tidak membakar ladangnya untuk membersihkan sisa-sisa tanaman yang sudah kering karena bisa saja api merembet dan menjalar ke pemukiman warga.

Lebih lanjut, dari pantauan, kebakaran yang terjadi di wilayah penanggulangannya tersebut diakibatkan terjadinya kesalahan atau kelalaian dari orang yang menyalakan api. Maka dari itu di musim kemarau ini, pihaknya meminta kepada warga agar menyalakan api seperlunya saja.

"Selain itu, kami juga mengimbau agar warga menggunakan listrik seperlunya dan tidak ditumpuk beban listriknya karena bisa menyebabkan konsleting yang menimbulkan percikan api, sehingga bisa menyebabkan kebakaran," tambahnya.

Usman mengatakan kondisi cuaca yang kering dan angin bertiup cukup kencang ini bisa menyebabkan berbagai macam bencana, selain kebakaran, puting beliung pun rawan terjadi. Bahkan saat ini pihaknya sudah menetapkan status siaga darurat bencana kekeringan terhitung sejak 8 September hingga 8 Desember.

"Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu daerah rawan bencana, tidak hanya di musim kemarau saja. Bahkan, di musim penghujan sepanjang bulan kami kerap menerima laporan baik bencana tanah longsor, banjir, pergerakan tanah maupun angin puting beliung. Maka dari itu, kami meminta kepada masyarakat untuk selalu waspada akan terjadinya bencana yang tidak bisa diprediksi," katanya.

Pewarta: Aditya A Rohman
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014