Jakarta (ANTARA News) - Seniman Butet Kertaradjasa bersama puluhan petani tebu Jateng nampak kompak mengenakan pakaian serba hitam lengkap dengan ikat di kepala mendatangi Kantor Tim Transisi di Jalan Situbondo, Jakarta Pusat, Selasa.

Usai menggelar pertemuan tertutup sekitar satu jam, barulah mereka menjelaskan maksud kedatangan. Butet mengaku menemani para petani tebu yang nasibnya terancam dengan kebijakan pemerintahan yang dinilai tidak pro-petani.

"Pemerintah membuka keran impor 3,6 juta ton gula pertahun, sehingga harga gula jatuh dan gula dari petani tidak laku," kata Butet.

Hal yang sama juga disampaikan Ketua Asosiasi Petani Tebu Blora, Anton Sudibyo. Dia mengeluhkan pemerintah saat ini kurang peka dengan kondisi petani tebu. "Setiap kami akan panen, pasti akan terjadi impor besar-besaran. Sehingga kami kesulitan untuk mengembalikan modal," katanya.

Anton berharap Jokowi yang sebentar lagi diangkat menjadi presiden memperhatikan nasib petani, mayoritas penduduk Indonesia. Jokowi harus mengurangi impor pangan yang sangat merugikan petani.

Dia menyarankan pemerintah baru nanti untuk mengurangi impor pangan terutama tebu hingga 80 persen. Bahkan kalau perlu hingga 100 persen atau tidak impor pangan sama sekali. Sebab, kondisi petani saat ini sangat menyedihkan. "Kami menunggu 12 bulan baru mendapat duit dari panen," katanya.

Dalam kesempatan itu, Anton mengucapkan terima kasih kepada Tim Transisi yang telah bersedia menemuinya. "Kami diterima dengan baik dan dalam waktu dekat ini mereka (tim transisi) akan berangkat ke Blora untuk melihat kondisi petani tebu," katanya.

Deputi Kantor Transisi Hasto Kristiyanto menyambut baik kedatangan petani yang mengeluhkan maraknya impor gula dari luar negeri. " Mereka datang dengan spirit baru bahwa kebijakan yang terlalu membuka ruang rafinasi harus dikoreksi. Mosok sekian tahun kita tergantung dengan impor gula," kata Hasto. (*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014