Suva, Fiji (ANTARA News) - Warga Fiji memberikan suaranya, Rabu, dalam pemilihan umum yang digelar pertama kalinya di negara Pasifik Selatan itu sejak kudeta 2006.

Pihak militer bersiaga untuk menangani potensi kerusuhan. Namun kepolisian tidak melaporkan adanya masalah di tempat pemungutan suara.

Antrean panjang terlihat di depan Sekolah Negeri Vatuwaqa di pinggiran pusat kota Suva. Di tempat itu, tokoh militer Voreqe Bainimarama melakukan pemungutan suara setelah delapan tahun menguasai Fiji melalui kudeta.

Bainimarama--yang mencalonkan diri sebagai perdana menteri--mengaku yakin dapat memenangi pemilihan umum bersejarah ini.

Untuk pertama kalinya Fiji memberikan hak pilih penuh bagi suku Indian Fiji yang populasinya mencapai 40 persen dari total 900.000 penduduk.

"Kami telah melalui banyak hal selama delapan tahun terakhir. Ini adalah hari yang penting bagi Fiji karena untuk pertama kalinya kami melakukan pemungutan suara tanpa diskriminasi," kata Bainimarama.

Pemilihan umum ini dinilai berperan penting mengakhiri "budaya kudeta" di Fiji. Antara 1987 sampai 2006, sudah empat pemerintahan dikudeta karena ketegangan antara penduduk pribumi Fiji dengan suku Indian.

Menjelang pemilu, Presiden Fiji Epeli Nailatikai berharap pemungutan suara dapat berjalan tanpa kekerasan.

Sebelumnya, komandan militer Mosese Tikoltoga mengaku telah menyiagakan pasukan setelah menerima sejumlah laporan intimidasi.

Namun atmosfer di Suva tampak tenang, sebagian besar orang memakai pakaian terbaiknya untuk datang ke tempat pemungutan suara di mana penduduk pribumi dan Indian mengantre.

"Semua berjalan dengan lancar," kata komisioner polisi Bernadaus Groenewald kepada AFP saat mengunjungi Sekolah Negeri Vatuwaqa.

Sementara itu kepala pengawas pemilu internasional, Andrew Goledzinowski, mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk memutuskan apakah pemilu di Fiji telah dilaksanakan secara bebas dan adil. Laporan awal baru akan disiarkan pada Kamis.

Goledzinowski mengatakan bahwa pengawasan tempat pemungutan suara di 300 lebih pulau-pulau Fiji memberi tantangan logistik bagi timnya.

"Kami mengikuti kotak suara yang dikirim melalui kapal-kapal sungai, kami mendaki bukit-bukit di wilayah terpencil, dan kami juga menyewa pesawat untuk membawa tim pengawas ke wilayah paling terpencil," kata dia.

Warga Fiji akan memilih hampir 250 kandidat untuk menduduki kursi parlemen yang berjumlah 50.

Pada 2006 lalu Bainamarama menggulingkan pemerintah untuk mengakhiri ketegangan rasial antara pribumi Fiji dan etnis Indian--yang dibawa oleh Inggris untuk dipekerjakan sebagai buruh gula pada masa kolonial.

Rezim otoriter Bainamarama memang menghasilkan stabilitas. Namun di sisi lain dia dinilai tidak menghormati konstitusi dan melakukan sensor media yang ketat, akibatnya Fiji dikeluarkan dari Persemakmuran Britania Raya dan Pacific Islands Forum.

Amnesti internasional juga sempat menuduh Bainamarama telah menempatkan "iklim ketakutan" dan prihatin karena aturan pemilu 2014 dibuat untuk menguntungkan dirinya.

"Saya tidak akan kalah, saya akan menang, jadi silahkan ajukan pertanyaan itu ke pihak lain," kata Bainarama saat ditanya apakah dia siap menerima kekalahan, demikian seperti dikutip dari AFP.

(Uu.G005)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014