Depok (ANTARA News) - Bekas kombatan yang pernah terlibat dalam kasus terorisme, Ali Fauzi, menyebut warga negara Indonesia (WNI) yang saat ini bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (Islamic State of Iraq and Syria/ISIS) bukan orang-orang yang berbahaya.

Dalam diskusi di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Rabu (16/9), Ali mengatakan WNI yang bergabung dengan ISIS tidak memiliki keahlian dalam peperangan atau kemampuan merakit bom seperti dia saat masih menjadi anggota Jamaah Islamiyah dulu.

Menurut adik terpidana kasus terorisme Ali Gufron itu, anggota ISIS dari Indonesia hanya memiliki kelebihan dalam militansi saja.

"Kelompok sekarang ini memang semangatnya luar biasa, namun kemampuannya pas-pasan," kata dia.

Ia mengatakan pendidikan tentang teknik peperangan dan pengeboman yang dia dapat saat menjadi anggota Moro Islamic Liberation Front (MILF) tidak didapatkan oleh kelompok ISIS asal Indonesia.

Meski demikian Ali mengaku khawatir ada upaya ISIS untuk merekrut pelaku teror dari kelompok lama yang melakukan rangkaian pengeboman di Indonesia tahun 2000-an.

"Saya berharap, itu tidak terjadi," ujar Ali.

Apabila kelompok lama sampai bergabung dengan kelompok itu, Ali mengatakan, dampaknya akan lebih membahayakan.

"Bahayanya besar sekali, bisa jadi akan ada pengeboman yang lebih besar dari bom bali," kata Ali.

Ali berharap semua pihak, termasuk masyarakat, berpartisipasi dalam upaya pencegahan penyebaran terorisme di Indonesia karena  Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), TNI dan Polri tidak akan bisa melakukannya sendiri.

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014