Itu ketentuan Arab Saudi karena takut kebakara."
Makkah (ANTARA News) - Makanan bagi jamaah haji, termasuk dari Indonesia, saat berada di Padang Arafah guna menjalankan puncak haji wukuf, akan dimasak dengan kayu bakar.

"Itu ketentuan Arab Saudi karena takut kebakaran," kata Andri Saiful, supervisor perusahaan kater Almunief Catering Service, di Makkah, baru-baru ini.

Almunief Catering adalah salah satu perusahaan yang akan melayani katering untuk jamaah haji Indonesia. Perusahaan ini akan melayani dua maktab atau sekitar 6.000 jamaah haji Indonesia. Akan ada sekitar 168.800 jamaah haji Indonesia yang akan berhaji pada tahun ini.

Menurut Keputusan Dirjen Penyelenggaran Haji, selama di Arafah jamaah akan mendapat makan sebanyak empat kali makan pada 8-9 Dzulhijah, di Muzdalifah satu kali snack berat dan di Mina 11 kali termasuk coffe shop (10-13 Dzulhijjah).

Andri Saiful mengatakan untuk satu maktab kemungkinan akan diperlukan dua truk kayu bakar sehingga perusahaan memerlukan kayu empat truk besar. Sementara itu di Mina, perusahaan bisa menggunakan gas.

Selain itu, katanya, dapur untuk memasak juga berada di kawasan Arafah. Namun jangan bayangkan dapur tersebut berbentuk permanen. Dapur tersebut semi permanen dan bisa beratapkan seng. Luas dapur untuk satu maktab sekitar 4X6 meter, belum termasuk gudang untuk bahan-bahan dan bumbu yang luasnya juga hampir sama.

Mengenai lama masak hingga pembagian, ia mengatakan, sebagai contoh untuk makan siang, juru masak sudah bekerja sejak pukul 07.00 dan makanan siap pada pukul 09.00. Setelah itu makanan di kemas hingga pukul 11.00 untuk selanjutnya didistribusikan ke jamaah dengan menggunakan troli.

Untuk menjamin kesehatan, di kemasan tertulis sampai jam berapa makanan tersebut layak dikonsumsi. Biasanya, jumlah makanan yang dibagikan melebihi dari yang disepakati. "Karena masakan sering lebih sehingga dikemas lagi dan dibagikan," katanya.

Sementara itu Ahmad Shihabuddin penasehat Almunief Catering Service mengatakan perusahan katering untuk jamaah haji dikenakan syarat yang ketat. Dapur katering harus mempunyai sertifikat kelayakan. Demikian juga pegawainya juga harus mempunyai surat keterangan sehat juga, antara lain agar tidak mencemari makanan.

Mengenai menu, Shihabuddin mengatakan, akan disajikan masakan Indonesia, namun jenisnya belum diketahui karena menunggu instruksi dari Kementerian Agama.

Perusahan tidak kesulitan dengan bumbu yang dibutuhkan karena semuanya tersedia di pasar di Arab Saudi. (*)

Pewarta: Unggul Tri Ratomo
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014