Banjarmasin (ANTARA News) - Kota Banjarmasin dan sekitarnya, Jumat pagi diselimuti kabut asap tebal yang membuat jarak pandang hanya sampai 500-1.000 meter.

Pantauan Antara di sejumlah wilayah Banjarmasin, Jumat, akibat kabut asap tersebut kendaraan yang melintas di jalan-jalan raya harus berhati-hati, dan pada kecepatan rendah.

Lalu lintas kendaraan roda empat, dan roda dua di beberapa ruas jalan protokol di Banjarmasin terlihat padat namun lancar, kecuali di beberapa titik, terutama di lokasi jembatan terlihat padat merayap.

Beberapa hari sebelumnya, kabut asap cukup tebal yang menyelimuti kawasan Bandar Udara Syamsudin Noor Banjarmasin, menyebapkan ditundanya tujuh penerbangan.

Airport Duty Officer Bandara Syamsudin Noor, Suparmono di Kota Banjarbaru, Selasa (16/9) mengatakan, penyebab penundaan penerbangan karena keterbatasan jarak pandang akibat kabut asap tebal.

"Jarak pandang di landasan pacu di bawah 300 meter padahal jarak minimal 500 meter sehingga maskapai diminta menunda keberangkatan pesawat karena membahayakan penerbangan," ujarnya.

Ia menyebutkan, dua dari tujuh penerbangan yang jadwal keberangkatannya ditunda adalah pesawat maskapai Garuda tujuan Jakarta yang sedianya take off pukul 06.00 Wita ditunda menjadi pukul 09.00 Wita.

Kemudian pesawat maskapai Lion Air tujuan Jakarta yang dijadwalkan lepas landas pukul 06.15 Wita juga ditunda tiga jam menjadi pukul 09.10 Wita karena ketebalan kabut asap di kawasan bandara semakin berkurang.

"Keberangkatan lima penerbangan lain yang waktunya bergiliran juga ditunda karena kami tidak berani mengambil resiko atas jarak pandang yang bisa mengancam keselamatan penerbangan," ujarnya.

Pilot pesawat Garuda, Kaulusan, mengatakan, pihaknya mematuhi kebijakan otoritas bandara yang menunda penerbangan karena jarak pandang terbatas akibat tebalnya kabut asap di landasan pacu.

"Kami tunduk pada kebijakan otoritas bandara karena pesawat masih berada di apron sehingga keputusan menunda keberangkatan dari jadwal merupakan kewenangan bandara," ujar pilot senior Garuda itu. (*)

Pewarta: Imam Hanafi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014