Banjarmasin (ANTARA News)- Dua remaja cantik, Gabriella Thohir (Gabby) dan Giovanna Thohir (Ghea) asal SMA Global Jaya Jakarta membentuk The Bekantan Twins Project, yaitu sebuah gerakan yang digagas untuk mendorong terciptanya lingkungan yang mendukung peningkatan populasi bekantan.

Seorang anggota The Bekantan Twins Project, Ghivo Pratama melalui rilisnya yang disampaikan ke Kantor Berita ANTARA Cabang Kalsel, Selasa menyebutkan The Bekantan Twins Project, Melawan Kepunahan Bekantan (Gerakan Penanaman Pohon Rambai dan Kampanye Edukatif untuk Melindungi Bekantan).

Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa bekantan (Nasalis larvatus), monyet berbulu kuning keemasan dengan hidung besar ini adalah satwa endemik khas Pulau Kalimantan.

Bekantan merupakan salah satu keanekaragaman hayati Indonesia yang diakui sebagai spesies yang terancam punah oleh Lembaga Konservasi Dunia (IUCN) dan tidak boleh diperdagangkan secara internasional sejak tahun 2010. Pada tahun 2008, hanya tersisa sekitar 25.000 ekor bekantan di habitat asalnya, Taman Ekowisata Pulau Bakut, Kalimantan Selatan, dan populasinya konon hanya tertinggal 26 ekor.

Kondisi bekantan saat inilah menginspirasi dua remaja cantik, Gabriella Thohir (Gabby) dan Giovanna Thohir (Ghea) asal SMA Global Jaya Jakarta membentuk The Bekantan Twins Project.

The Bekantan Twins Project adalah sebuah gerakan yang digagas oleh dua siswi cantik di tengah tengah kesibukannya sebagai pelajar untuk mendorong terciptanya lingkungan yang mendukung peningkatan populasi bekantan.

Keseriusan si kembar Gabriella and Giovanna untuk melawan kepunahan bekantan ditunjukkannya dengan melihat langsung habitat bekantan di Lahan reklamasi Adaro di bekas hutan tambang Paringin.

Di tempat ini, si kembar melakukan observasi terhadap lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup bekantan.

Di Kalimantan ternyata banyak lokasi yang potensial untuk membantu kelangsungan hidup bekantan. Sebelumnya kami melihat hutan bekas tambang pun dapat diubah menjadi lokasi yang
mendukung kehidupan satwa yang hampir punah ini. Seperti yang dilihat di Pulau Bakut.

Keberadaan bekantan disini menunjukkan bahwa Pulau Bakut memiliki potensi untuk dikembangkan lebih besar lagi dan menjadi wilayah yang dapat mendukung pelestarian bekantan.

"Jika setiap orang mulai mencari lokasi potensial dan melakukan melakukan penanaman pohon untuk hidup bekantan, kami yakin kita dapat bersama-sama
mencegah bekantan dari kepunahan," demikian diungkapkan Ghivo.

Minggu, 21 September 2014 pada pukul 09.00 hingga 12.00 WITA bertempat di Taman Wisata Alam Pulau Bakut, The Bekantan Twins Project melakukan Gerakan Penanaman 500 batang Pohon Rambai dan Kampanye Edukatif.

Hal ini merupakan langkah awal penyelamatan bekantan yang dilakukan oleh The Twins dengan menanam pohon Rambai untuk menghasilkan buah yang menjadi makanan utama bekantan.

Dalam The Bekantan Twins Projects, si kembar menggandeng berbagai pihak yang memiliki misi yang sama untuk melestarikan bekantan, di antaranya Sahabat Bekantan Indonesia, Gubernur Kalimantan Selatan, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Selatan, Universitas Lambung Mangkurat, dan masyarakat umum.

"Banyak sekali pihak yang memiliki misi yang sama, yang dapat kami jadikan mitra dalam
project ini. Penanaman pohon bakut ini adalah awal dan dengan dukungan dari berbagai pihak kami akan meneruskan upaya penanaman pohon di lokasi-lokasi lainnya," ujar Gabriela seperti dikutif Ghivo.

Kegiatan penanaman pohon di Pulau Bakut ini merupakan awal dari beberapa kegiatan penyelamatan lainnya yang akan dilakukan oleh The Bekantan Twins Project.

Kegiatan penanaman di Pulau Bakut ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi remaja lainnya untuk mulai peduli terhadap keadaan ekosistem sekitar dan bertindak aktif dalam melakukan penyelamatan bekantan seperti yang dilakukan Gabby dan Ghea.

Pewarta: Hasan Zainuddin
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014