Jakarta, 24/9 (ANTARA) -- Pemerintah Indonesia sudah sepatutnya menaruh perhatian atas keberhasilan Minapolitan sebagai program strategis pembangunan berbasis kawasan. Geliat keberhasilan tersebut dapat dilihat dari peningkatan aktivitas ekonomi kelautan dan perikanan di beberapa daerah yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai kawasan Minapolitan. Kabupaten Pacitan di Propinsi Jawa Timur telah berhasil mengembangkan kawasan Minapolitan berbasis perikanan tangkap secara terpadu. Sedangkan, Kabupaten Sumba Timur di Propinsi Nusa Tenggara Timur kini berkembang menjadi sentra penghasil rumput laut yang semakin diperhitungkan. Sejak ditetapkan pemerintah sebagai kawasan percontohan Minapolitan pada tahun 2010, kedua daerah tersebut secara signifikan menunjukan peningkatan aktivitas perekonomian. Hal ini diungkapkan Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sjarief Widjaja di Jakarta, Rabu (24/9).

Menurut Sjarief, sebagai tandanya dapat dilihat dari tingkat pendapatan masyarakat yang terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Sebelumnya pada tahun 2010, tingkat pendapatan masyarakat yang berusaha di bidang perikanan di Kabupaten Pacitan hanya berkisar Rp 700-800 ribu per bulan. Kemudian terjadi kenaikan yang cukup signifkan hingga 100 persen atau menjadi Rp 1,5 juta pada tahun 2013. "Hal itu menjadikan program Minapolitan sebagai prime mover pengembangan ekonomi daerah", ujar Sjarief.

Lain halnya dengan Kabupaten Sumba Timur, saat ini telah menjadi pusat pengembangan komoditas rumput laut (Eucheuma cottonii) di kawasan timur Indonesia. Rumput laut kering menjadi komoditas andalan dengan jumlah produksinya yang terus bertambah setiap tahun. Jumlah produksi berturut - turut pada tahun 2010 hingga 2013 adalah 703,8 ton, 575,6 ton, 1.393,8 ton dan 1.704,1 ton. Sedangkan hingga bulan Agustus 2014, produksinya sudah mencapai 1.905,6 ton. Angka tersebut ditaksir akan terus meningkat seiring dengan dibangunnya pabrik pengolahan rumput laut dan intensifikasi budidaya rumput laut. Adapun sentra produksi atau zona inti berada di Kecamatan Pahunga Lodu, meliputi Desa Kaliuda, Tanamanang, Lambakara, Mburukulu, dan Palanggay.  Sedangkan Kecamatan Wulla-Waijelu, Karera, Rindi, Pandawai, Kanatang, dan Haharu sebagai zona penyangga (hinterland).

Saat ini, Kabupaten Sumba Timur sudah mampu menghasilkan Alkali Treated Cottoni (ATC) Chips  sebanyak 421 Ton. Pasarnya telah menjangkau ke beberapa perusahaan di luar pulau, seperti PT. Indo Seaweed, PT. Indonusa Alga Emas Prima, PT. Galic Artha Bahari, PT. Phoenix Mas, PT. Giwang Citra Laut,  dan PT. Gumindo. "Pemerintah terus berupaya untuk mendorong peningkatan produksinya, yaitu dengan menetapkan Sumba Timur menjadi kawasan percontohan Industrialisasi Perikanan pada tahun 2012", jelas Sjarief.

Penetapan  sebagai kawasan percontohan Minapolitan merupakan bentuk upaya optimalisasi potensi kelautan dan perikanan di dua daerah tersebut. Kabupaten Pacitan memiliki potensi yang sangat besar di bidang perikanan tangkap, dengan luas perairan laut 523,82 km2 dan luas pesisir 70,71 km2. Letaknya yang secara geografis berbatasan langsung dengan Samudera Hindia menjadikan tuna, tongkol dan cakalang sebagai komoditas utama hasil tangkapan. Sedangkan Kabupaten Sumba Timur mengandung potensi budidaya rumput laut yang luar biasa. Luas lahan potensial yang dapat dikembangkan mencapai 15.069,4 Ha dengan tingkat pemanfaatannya hanya berkisar 395,8 Ha.

Keberhasilan program ini tidak terlepas dari komitmen pemerintah daerah dalam mendorong daerahnya sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Upaya sinergitas diwujudkan melalui pemenuhan persyaratan dan percepatan pembangunan di kawasan Minapolitan. Seperti misalnya, dukungan kebijakan dengan penyusunan regulasi dan alokasi anggaran yang menjadi kunci utama dalam pengembangan kawasan Minapolitan. Selain itu, penguatan kawasan Minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi daerah juga harus didukung dengan program dan kegiatan lintas sektor. "Penguatan juga dilakukan dalam upaya peningkatan daya saing produk kelautan dan perikanan menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015", ujar Sjarief.

Kedepan, strategi pengembangan kawasan Minapolitan dapat dilakukan dengan konsep Industrialisasi kelautan dan perikanan dengan menerapkan prinsip blue economy. "Strategi tersebut dapat diwujudkan melalui peningkatan skala ekonomi, integrasi hulu-hilir, branding produk kelautan dan perikanan, pengolahan nir limbah, market driven, dan sebagainya. "Kami berharap pada pemerintahan mendatang kiranya Minapolitan dapat  terus dilaksanakan sebagai model pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah dan lintas sektor", pungkas Sjarief.

Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Lilly Aprilya Pregiwati, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (Telp. 021-3520350)


Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2014