Jakarta (ANTARA News) - Laporan publikasi terbaru Bank Pembangunan Asia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan relatif stabil hingga 2015 yang didukung oleh kebijakan reformasi dari pemerintahan baru.

"Harapannya reformasi kebijakan pemerintahan baru akan mempercepat pembangunan infrastruktur, memperbaiki iklim investasi dan melanjutkan reformasi birokrasi. Ini membuat sentimen positif," kata Deputi Country Director ADB Edimon Ginting dalam pemaparan di Jakarta, Kamis.

ADB telah menyesuaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 menjadi 5,3 persen dari perkiraan sebelumnya 5,7 persen, dan pada 2015 menjadi 5,8 persen atau turun dari proyeksi sebelumnya 6,0 persen.

Proyeksi ini disusun berdasarkan asumsi pemerintahan baru yang bekerja secara efektif pada Oktober 2014, akan menjalankan berbagai program maupun kebijakan utama yang telah dijanjikan pada saat pemilihan umum.

Perkiraan ini juga mempertimbangkan pemerintah akan melakukan upaya mitigasi dampak bencana kekeringan, terutama pengaruh fenomena iklim El Nino pada tahun 2014, terhadap harga komoditas tertentu seperti pangan.

"Meskipun tren pertumbuhan ekonomi akan turun karena kinerja ekspor yang melemah, tapi akan naik kembali karena sektor investasi mendorong recovery serta seiring membaiknya permintaan eksternal di negara maju," kata Edimon.

Edimon memperkirakan industri manufaktur akan menjadi salah satu sektor yang menjadi penyumbang dalam pertumbuhan ekonomi, karena relatif menguat hingga tahun depan yang disebabkan membaiknya permintaan.

Dari sisi fiskal, ia mengatakan pemerintah membutuhkan ruang fiskal memadai untuk mendorong produktivitas, salah satunya dengan melakukan realokasi anggaran belanja subsidi kepada belanja infrastruktur yang lebih bermanfaat.

"Infrastruktur lebih mempunyai multiplier effect untuk mendorong daya saing ekonomi, kalau untuk subsidi kontribusinya hanya jangka pendek. Infrastruktur juga bisa mendukung efisiensi dan pertumbuhan ekonomi," kata Edimon.

Sementara, untuk inflasi 2014 diperkirakan mencapai rata-rata 5,8 persen, sedikit lebih tinggi daripada yang diperkirakan pada April, akibat tambahan kenaikan tarif listrik dan naiknya tekanan harga pangan akibat musim kemarau pada akhir tahun.

Edimon mengatakan laju inflasi diproyeksikan akan lebih tinggi di 2015, yaitu rata-rata sekitar 6,9 persen, dengan asumsi pemerintah segera menyesuaikan harga BBM bersubsidi pada kisaran 30 persen-50 persen.

"Dampak inflasi kenaikan sebesar 2,0-2,5 persen, tergantung timing kenaikan. Dampak inflasi ke atas tidak setinggi seperti tahun lalu, tapi cukup untuk menyebabkan inflasi di atas target Bank Indonesia tahun depan," katanya.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014