Peshawar, Pakistan (ANTARA News) - Setidaknya 21 gerilyawan tewas dalam serangan udara dan baku tembak di daerah suku di Pakistan baratlaut, kata pejabat, Minggu.

Serangan udara dilakukan terhadap lima tempat persembunyian gerilyawan di daerah Shawal, Waziristan Utara, kata pernyataan militer.

"Dalam serangan udara pada Sabtu malam, lima tempat persembunyian gerilyawan hancur dan 15 gerilyawan termasuk para petempur asing tewas di daerah Shawal Wilsyah Waziristan Utara," katanya.

Di tempat terpisah, setidaknya enam gerilyawan tewas pada Minggu pagi dalam baku tembak yang meletus setelah mereka menyerang satu pos pemeriksaan paramiliter di satu daerah suku yang berbatasan dengan Afghanistan, kata para pejabat.

Baku tembak itu terjadi di pos pemeriksaan Ghundi di distrik suku Khyber yang adalah pintu gerbang bagi pasokan-pasokan NATO ke Afghanistan.

"Satu kelompok sekitar 30 gerilyawan menyerang pos pemeriksaan Ghudi Minggu pagi, tetapi pasukan keamanan telah memperoleh informasi sebelumnya tentang rencana itu dan melakukan persiapan yang baik," kata seorang pejabat keamanan senior kepada AFP yang tidak bersedia namanya disebutkan.

"Setidaknya lima gerilyawan tewas dalam baku tembak itu dan gerilyawan yang menyerang melarikan diri," kata pejabat itu dan menambahkan tidak ada korban di pihak pasukan keamanan.

Militer telah berperang sejak Juni untuk menghancurkan pangkalan-pangkalan Taliban dan kelompok gerilyawan lainnya di daerah-saerah suku tersebut.

Daerah-daerah semiotonomi itu selama bertahun-tahun jadi tempat persembunyian para petempur Taliban dari berbagai kelompok, termasuk Al Qaida dan Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) serta para petempur asing seperti warga Uzbekistan dan Uighur Tiongkok.

Washington mendesak Islamabad selama bertahan-tahun untuk membersihkan tempat-tempat perlindungan itu, yang oleh para gerilyawan digunakan untuk melancarkan serangan-serangan terhadap pasukan NATO di Afghanistan.

Sejauh ini lebih dari 1.000 gerilyawan dan 86 tentara tewas dalam serangan-serangan, kata militer. Daerah tersebut terlarang bagi wartawan, yang membuatnya tidak mungkin untuk memverifikasikan jumlah mereka yang tewas, demikian laporan AFP.

(Uu.H-RN)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014