Wirausaha itu jauh lebih banyak penghasilannya ketimbang jadi PNS. Jangan lagi setelah pulang ke Indonesia, uangnya habis sehingga tidak punya apa-apa. Kalau mau buka usaha, telepon kami. Kami fasilitasi usaha bapak/ibu,"
Taipei (ANTARA News) - Kementerian Perdagangan RI membuka peluang wirausaha bagi para tenaga kerja Indonesia setelah masa kontrak kerjanya di Taiwan habis.

"Wirausaha itu jauh lebih banyak penghasilannya ketimbang jadi PNS. Jangan lagi setelah pulang ke Indonesia, uangnya habis sehingga tidak punya apa-apa. Kalau mau buka usaha, telepon kami. Kami fasilitasi usaha bapak/ibu," kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Srie Agustina, di depan ratusan TKI di Taipei, Taiwan, Minggu.

Ia tidak ingin TKI selamanya menjadi pekerja di luar negeri. "Kami datang ke sini ingin bertemu bapak/ibu agar nanti kalau sudah pulang ke Tanah Air bisa menjadi kebanggaan pemerintah dan keluarga," ujarnya dalam seminar "Peluang Kewirausahaan Waralaba Bagi Masyarakat Indonesia di Taiwan" yang difasilitasi oleh Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei itu.

Ia melihat potensi para TKI di Taiwan untuk membuka usaha sangat besar. "Lapangan kerja di Indonesia memang sangat terbatas. Maka satu-satunya cara bagi mereka adalah membuka usaha. Kami ingin ada wirausahawan baru dari mantan TKI Taiwan," ujarnya.

Dalam seminar itu, ratusan TKI dari berbagai wilayah di Taiwan juga dipertemukan dengan enam perusahaan waralaba asal Indonesia.

Mereka mendapatkan pemaparan dan "tips" mengenai peluang usaha di bidang kuliner. Meskipun demikian, Agustina juga menjelaskan bahwa para TKI tidak hanya memiliki peluang usaha di bidang kuliner, melainkan juga salon dan jasa kebugaran.

Terkait masalah permodalan, pihaknya akan membantu mendapatkan akses permodalan dari pebankan. Bahkan menurut dia, BNI telah menyiapkan dana untuk modal usaha para TKI yang ingin berwirausaha di kampung halamannya.

"BNI punya program kredit modal yang angsurannya hanya berlangsung tiga sampai empat tahun. Selebihnya pemilik usaha tinggal menghitung keuntungan. Namun BNI hanya memberikan kredit 40-50 persen dari seluruh modal yang dibutuhkan," ucapnya.

Agustina juga melihat bahwa program kemitraan yang ditawarkan enam pewaralaba dari Indonesia itu juga mudah dan risikonya minim.

"Kami melihat TKI bisa menjangkau permodalan itu. Untuk waralaba jamur saja modal awal yang dibutuhkan hanya Rp30 juta. Saya bilang kepada mereka, usaha waralaba itu tidak perlu mikir karena barang sudah tersedia dan dikenal masyarakat," tuturnya seusai pertemuan.

Saat ini jumlah pewaralaba yang terdaftar di Kemendag mencapai 283 perusahaan dengan 23 ribu gerai di Indonesia. Dari jumlah itu, 85 persen di antaranya merupakan pewaralaba domestik. Sebagian pewaralaba tersebut sudah membuka gerai di sejumlah negara.


(M038/C004)

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014