Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Mandiri Persero (Tbk) menargetkan untuk menurunkan tingkat kredit bermasalah (non performing loan atau NPL) menjadi 3,25 persen pada akhir 2014, dari saat ini yang berkisar 3,3-3,4 persen.

"Untuk menurunkan NPL kami akan lebih rajin collection (penagihan)-nya. Selain itu, kami akan membuat early warning yang lebih baik," kata Direktur Micro and Retail Banking Mandiri Hery Gunardi saat ditemui usai peluncuran layanan mikro terpadu Mandiri di Pasar Petojo Ilir, Jakarta.

Target NPL mandiri sebesar 3,25 persen itu lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasi NPL pada akhir 2013 3,02 persen.

Untuk penyaluran kredit mikro, lanjut Hery, pihaknya menargetkan kredit tersebut mencapai Rp37 triliun, atau tumbuh 37 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara itu, untuk target penyaluran kredit mikro pada 2015, ia menyatakan saat ini Mandiri masih menyusun anggaran perseroan, namun ia melihat potensi di sektor mikro masih sangat besar untuk dikembangkan.

"Kalau kita lihat wilayah Indonesia yang luas, penduduk kita yang juga ratusan juta, besar potensinya," ujar Hery.

Terkait dengan himbauan penurunan bunga kredit mikro oleh Otoritas Jasa Keuangan, Hery menilai maksud OJK tersebut bukan untuk menurunkan suku bungan kredit mikro, melainkan untuk diseragamkan, yang artinya tidak ada bank yang memasang suku bunga kredit mikro terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.

"Kredit mikro itu strukturnya bunganya itu dari berapa besarnya biaya dana kita, kemudian ditambah biaya operasional. Misalnya buka cabang, bayar karyawan mikro, dan komponennya risiko kredit. Kalau melihat komposisi tadi, saya pikir tidak terlalu banyak terhadap revenuenya kredit mikro mandiri," kata Hery.

Suku bunga dasar kredit (SBDK) mikro Mandiri sendiri saat ini yakni sebesar 22 persen per tahun.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014