Athena (ANTARA News) - Kerusakan mangrove berlangsung tiga sampai lima kali lebih cepat dibandingkan rata-rata kerusakan hutan dan menyebabkan kerugian hingga miliaran dolar Amerika Serikat (AS) menurut Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Environment Programme/UNEP).

Laporan UNEP yang berjudul The Importance of Mangroves: A Call to Action yang diluncurkan pada Senin (29/9) menyebutkan emisi akibat berkurangnya lahan mangrove menyumbang hampir seperlima emisi global dari deforestasi dan menyebabkan kerugian ekonomi antara enam miliar dolar AS sampai 42 miliar dolas AS setiap tahun.

Menurut laporan itu, mangrove juga terancam perubahan iklim, yang bisa menyebabkan kerusakan mangrove lebih lanjut sampai 10-15 persen pada 2100.

Mangrove ditemukan di 123 negara dan mencakup area 152.000 kilometer persegi. Lebih dari 100 juta orang di seluruh dunia hidup dalam 10 kilometer hutan mangrove dan mendapat beragam manfaat dari produk kehutanan dan perikanan, air bersih dan perlindungan terhadap erosi dan cuaca ekstrim.

"Mangrove memberikan layanan ekosistem dengan nilai 33 sampai 57.000 dolar AS per hektare per tahun," kata Direktur Eksekutif UNEP Achim Steiner seperti dilansir laman UNEP.

"Ditambah kemampuan superior mereka untuk menyimpan karbon yang jika tidak akan dilepaskan ke atmosfer, menjadi jelas bahwa kerusakan mangrove berlanjut akan berdampak pada ekologi dan ekonomi," katanya.

"Namun peningkatan kerusakan dan degradasi mangrove - yang dipicu oleh konversi lahan untuk pertanian dan perikanan, pembangunan daerah pantai dan polusi - terjadi pada tingkat yang mesti diwaspadai, dengan lebih dari seperempat mangrove yang menutupi Bumi sekarang telah hilang."

Kondisi ini berpotensi menimbulkan dampak besar terhadap keragaman hayati, keamanan pangan dan kehidupan komunitas-komunitas pesisir yang paling terpinggirkan di negara-negara berkembang tempat lebih dari 90 persen mangrove ditemukan.

"Dengan mengukur nilai ekonomi ekosistem mangrove dan peran kritis mereka dalam pengaturan iklim global, laporan itu ditujukan untuk mendorong pembuat kebijakan menggunakan perangkat dan panduan yang lebih baik untuk memastikan konservasi dan pengelolaan mangrove berkelanjutan," kata Steiner.

Laporan itu juga menjelaskan mekanisme pembiayaan dan insentif untuk mendorong konservasi mangrove seperti REDD+, investasi sektor swasta dan pembentukan Aksi Mitigasi Nasional di negara-negara berkembang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Perlindungan penyimpan karbon dalam jangka panjang dan mencegah mereka melepaskan emisi ke atmosfer, menurut laporan itu, merupakan tindakan masuk akal dan hemat yang bisa dilakukan untuk membantu mitigasi perubahan iklim.


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014