Peningkatan tersebut didorong oleh surplus transaksi finansial dalam rangka pembiayaan defisit transaksi berjalan di Neraca Pembayaran Indonesia (NPI),"
Jakarta (ANTARA News) - Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia mencatat net kewajiban sebesar 403 miliar dolar AS (47,9 persen dari PDB) pada akhir triwulan II-2014, meningkat 1,8 persen dari posisi net kewajiban sebesar 395,9 miliar dolar AS (46,3 persen PDB) pada akhir triwulan I-2014.

"Peningkatan tersebut didorong oleh surplus transaksi finansial dalam rangka pembiayaan defisit transaksi berjalan di Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)," kata Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI Hendy Sulistiowati saat diskusi dengan wartawan di Gedung BI, Jakarta, Selasa.

Hendy menuturkan, surplus transaksi finansial tersebut mengakibatkan investasi asing di Indonesia (Kewajiban Finansial Luar Negeri) tetap lebih besar dibandingkan dengan investasi Indonesia di luar negeri (Aset Finansial Luar Negeri).

Posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN) Indonesia sendiri meningkat 7,5 miliar dolar AS atau 3,8 persen (qtq) menjadi 205,7 miliar dolar AS pada akhir triwulan II-2014.

Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh akuisisi Indonesia atas aset finansial asing, terutama yang termasuk dalam komponen cadangan devisa.

Selain itu, lanjut Hendy, bertambahnya posisi AFLN juga mencerminkan peningkatan nilai investasi Indonesia di luar negeri karena kenaikan harga aset sebagaimana tercermin dari penguatan indeks harga saham global, harga emas, dan harga obligasi global, serta pelemahan dolar AS secara umum terhadap mata uang utama dunia.

Sementara itu, posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) Indonesia meningkat 14,7 miliar dolar AS atau 2,5 persen (qtq) menjadi 608,7 miliar dolar AS pada akhir triwulan II-2014 didorong oleh derasnya aliran masuk modal asing, terutama dalam bentuk investasi langsung dan investasi portofolio.

"Hal ini mencerminkan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik di tengah berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global," ujar Hendy.

Bertambahnya posisi KFLN pada akhir triwulan II-2014 juga dipengaruhi oleh kenaikan harga aset finansial domestik, sebagaimana tercermin dari penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 2,31 persen dari penutupan triwulan sebelumnya dan turunnya yield Surat Utang Negara (SUN) bertenor 10 tahun.

Namun demikian, dampak kenaikan harga tersebut termoderasi oleh melemahnya rupiah sebesar 4,72 persen (qtq) terhadap dolar AS pada triwulan laporan.

Bank Indonesia menilai perkembangan PII Indonesia sampai dengan triwulan II-2014 mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

"Bank Indonesia berkeyakinan kinerja PII Indonesia akan semakin sehat apabila bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh Bank Indonesia juga didukung oleh langkah reformasi struktural yang akan ditempuh Pemerintah," kata Hendy. (*)

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014