Makkah (ANTARA News) - Pada pelaksanaan haji 2014, sekitar 8.300 jamaah haji Indonesia melaksanakan tarwiyah atau bermalam dahulu di Mina sebelum melakukan perjalanan ke Padang Arafah, Arab Saudi, untuk melakukan wukuf atau puncak haji.

"Tahun ini lebih kecil dibanding tahun lalu yang sekitar 10.000 jamaah," kata Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemenag Zubaidi, di Makkah, Rabu.

Kegiatan tarwiyah adalah sunah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Kementerian Agama tidak melarang kegiatan tersebut namun tidak memfasilitasinya, seperti transportasi penginapan, dan makanan, sehingga jamaah harus mengusahakan sendiri.

"Kalau mau laksanakan tidak dilarang. Namun tidak diberi fasilitas," kata Zubaidi. Dalam penyelenggaran haji yang dilakukan pemerintah, jamaah bergerak dari Makkah langsung ke Arafah pada 8 Zulhijah atau 2 Oktober. Dalam pelaksanaan haji yang dikelola pemerintah, jamaah haji difasilitasi saat dari Makkah ke Arafah dan juga selama di menginap Muzdalifah dan melempar jumrah Mina.

Sementara jamaah tarwiyah bergerak dari Mina ke Arafah pada 9 Zulhijah (3 Oktober) pagi untuk mengikuti wukuf siang harinya.

Zubaidi memberi alasan mengapa pemerintah tidak melakukan tarwiyah. Ia mengatakan jumlah jamaah sangat besar sehingga terjadi pergerakan jamaah yang luar biasa yang menyebabkan jalan-jalan menjadi padat. Hal ini akan menyulitkan untuk melakasanakan tarwiyah apalagi waktunya terbatas. Menurut Zubaidi, tarwiyah juga tidak diwajibkan.

Jumlah jamaah haji yang melaksanakan ibadah haji antara 2-3 juta orang, sementara dari Indonesia sekitar 168.000 yang terdiri dari 155.200 haji reguler dan 13.600 haji khusus. Zubaidi tidak mengetahui berapa jumlah jamaah haji khusus yang melaksanakan tarwiyah.(*)

Pewarta: Unggul Tri Ratomo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014