Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada Denni Puspa Purbasari menilai kondisi politik domestik yang didominasi perebutan tampuk kekuasaan di parlemen, telah menekan nilai tukar rupiah, selain oleh faktor eksternal dari bursa-bursa global yang sedang melemah.

"Memang bursa global juga sedang melemah. Dari politik domestik pasti ada dampaknya, apalagi jika kegaduhan di parlemen ini disengaja oleh pihak tertentu dan menimbulkan asumsi-asumsi negatif," kata Denni dihubungi dari Jakarta, Kamis.

Kamis pagi lalu, nilai tukar Rupiah di pasar spot antarbank kembali melemah 22 poin menjadi Rp12.147, setelah sejak Senin terus tergerus, meskipun sempat menguat Selasa sore (30/10). Di sisi pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Kamis pagi ini juga dibuka melemah 33,80 poin atau 0,66 persen ke posisi 5.107,11.

Beberapa jam sebelumnya, pada Kamis dini hari, sidang paripurna DPR telah mensahkan politikus Koalisi Merah Putih dari Partai Golkar Setya Novanto menjabat Ketua DPR RI 2014-2019, dengan empat Wakil Ketua DPR yakni Fadli Zon (Gerindra), Agus Hermanto (Demokrat), Taufik Kurniawan (PAN), dan Fahri Hamzah (PKS).

Denni mengatakan, dampak dari kondisi politik domestik memang tidak serta merta menjadi "kambing hitam" melemahnya pasar finansial, namun dia mengingatkan, kondisi pelemahan kurs dan juga IHSG tidak dapat dibiarkan.

Pemerintah dan otoritas moneter perlu mendesain bauran kebijakan untuk segera dikeluarkan dan memulihkan stabilitas ekonomi, kata dia lagi.

"Akibat dampak politik, respon finansial itu sebenarya jangka pendek, namun stabilitas politik itu neccesary condition. Seharusnya tidak ada gangguan," ujar dia.

Bauran kebijakan pemerintahan dan otoritas moneter, kata dia, sebaiknya memperkuat sisi fundamental ekonomi, bukan hanya mengantisipasi dampak sentimen negatif yang bersifat jangka pendek.

"Secara teoritis rupiah melemah karena arus dana keluar dari bursa saham, dan karena pasar sudah didominasi asing, maka saat dana asing keluar, ya pasti bergejolak ke permintaan valuta asing dan akhirnya ke rupiah," ujar dia.




Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014