Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, menguat 26 poin menjadi Rp12.099 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.125 per dolar AS.

"Data ekonomi domestik yang telah dirilis kemarin (Rabu, 1/10) diperkirakan baru direspon hari ini sehingga nilai tukar rupiah kembali berada dalam area positif meski dalam kisaran terbatas," kata Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan bahwa meski Indonesia kembali mengalami defisit neraca perdagangan, namun membaiknya kinerja ekspor yang mengalami kenaikan sebesar 10,63 persen dapat meredakan kekhawatiran terhadap perbaikan neraca perdagangan Indonesia.

Di sisi lain, lanjut dia, tingkat inflasi pada September 2014 yang tercatat sebesar 0,27 persen, juga lebih baik dari estimasi kalangan pelaku pasar yang berada di sekitar 0,31 persen. Inflasi tahun kalender (Januari-September) 2014 tercatat 3,71 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (September 2014 terhadap September 2013) sebesar 4,53 persen.

Ia menambahkan bahwa aktivitas manufaktur dan ekspor Indonesia mengalami kenaikan, PMI (Purchasing Managers Index) manufaktur Indonesia naik dari 49,5 di bulan Agustus ke 50,7 di bulan September tahun ini.

Namun, menurut Zulfirman Basir, kembali munculnya kecemasan investor akan kemampuan Presiden Indonesia berikutnya dalam menjalankan program reformasi struktural yang dicanangkannya diperkirakan mengalami kendala.

"Kondisi itu dapat menahan penguatan rupiah lebih lanjut," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Kamis (2/10) tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.136 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp12.188 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014