Jakarta (ANTARA News) - Detektif partikelir Cormoran Strike harus kembali memecahkan kasus. Kali ini dia mendapat permintaan untuk menemukan novelis Owen Quine yang menghilang.

Istri sang novelis yang sudah terbiasa dengan kebiasaan suaminya menghilang mulai khawatir karena Quine tak kunjung pulang.

Quine akhirnya ditemukan dalam keadaan tak bernyawa. Strike harus menguak misteri kematian novelis yang dibunuh dengan brutal.

Detektif partikelir itu mendapati beberapa orang yang punya motif melenyapkan Quine, yaitu mereka yang reputasinya dijelek-jelekkan dalam naskah Quine yang belum terbit.

The Silkworm, yang diterjemahkan menjadi "Ulat Sutra", merupakan buku kedua dari novel detektif "The Cuckoo's Calling" (Dekut Burung Kukuk) besutan Robert Galbraith alias J.K. Rowling.

Kali ini Galbraith kembali melanjutkan kisah detektif partikelir Cormoran Strike bersama asistennya Robin Ellacott.

Penerjemah Siska Yuanita menjelaskan, judul "The Silkworm" alias "Ulat Sutra" yang dipilih Galbraith merupakan metafora yang menggambarkan novelis Quine dalam buku setebal 536 halaman itu.

"Quine bagaikan ulat sutra yang harus dihancurkan sebelum membuat karya bagus," ujar Siska di Jakarta, Kamis (2/9).

Siska, yang juga menerjemahkan "The Cuckoo's Calling", mengatakan sekuel ini menawarkan kisah yang lebih gelap dan mendalam.

Dalam buku "The Cuckoo's Calling", yang telah terjual 32.000 kopi dalam waktu sepuluh bulan di Indonesia, Siska masih bermain dengan perbendaharaan kata yang lebih ringan karena mengisahkan tentang industri mode.

Kali ini dia menemui tantangan baru.

"Di 'The Silkworm' ada banyak wawancara penulis dan tokoh penerbitan, saya juga harus menerjemahkan wawancara dan artikel dengan gaya media," ujar dia.

Penulis Maman Suherman, yang juga alumni jurusan kriminologi Universitas Indonesia, memuji kepiawaian Rowling mendalami kriminologi dan menuangkannya dalam "The Silkworm".

"Rowling juga bisa membuat banyak pembaca kebingungan menebak-nebak pembunuhnya," kata dia.

Menurut dia, Rowling memperlihatkan kemampuannya membuat deskripsi tokoh secara mendetail.

"Setiap tersangka punya puzzle sendiri-sendiri yang harus dipecahkan," imbuh dia.

Oleh Nanien Yuniar
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014