Kita ditakdirkan Allah SWT berada dalam latar dan suasana kemajemukan, baik atas dasar agama, suku, bahasa dan budaya, maupun paham keagamaan dan organisasi kemasyarakatan
Makkah, (ANTARA News) - Akidah Islam adalah "akidah tengahan", yaitu akidah yang mengedepankan "wasathiyah" atau orientasi hidup moderat, penuh toleransi, keseimbangan, dan kelapangan dada, kata Wakil Amirul Hajj (Wakil Ketua Misi Haji) Indonesia, Din Syamsuddin, saat menyampaikan khutbah wukuf di Padang Arafaf, Arab Saudi, Jumat.

"Orientasi hidup ini membawa kita untuk teguh dalam prinsip namun terbuka terhadap kebenaran dan kebaikan yang datang dari luar diri kita," kata Ketua Umum Majelis Ulama sekaligus Ketua Umum PP Muhammadiyah itu.

Ikut mendengarkan pidato wukuf tersebut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin selaku Amirul Hajj, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kemenag Abdul Djamil, Dubes RI untuk Arab Saudi M Fachir‎, Konjen RI di Jeddah Dharmakirti Syailendra. Din melanjutkan, prinsip wasathiyah (moderasi) dan samhah (toleransi) ini merupakan watak Islam yang perlu dikedepankan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tercinta.

"Kita ditakdirkan Allah SWT berada dalam latar dan suasana kemajemukan, baik atas dasar agama, suku, bahasa dan budaya, maupun paham keagamaan dan organisasi kemasyarakatan. Terhadap sesama Muslim kita perlu mengembangkan persaudaraan keislaman (ukhuwah Islamiyah), dan sesama bangsa kita rajut dan kembangkan persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathoniyah)," katanya.

Menurut Din, kedua hal ini merupakan bentuk kemabruran sosial yang perlu dipelopori oleh para jamaah haji di Tanah Air nanti.

Pengejawantahan dari kemabruran sosial ini, lanjut Din, adalah semangat untuk merajut kebersamaan sesama. Kebersamaan ini akan membawa manusia mampu mengembangkan kerjasama dalam membangun kehidupan bersama.

"Dengan kebersamaan dan kerjasama kita akan berhasil mewujudkan kemajuan dan keunggulan. Dengan demikian maka kita akan berhasil menarik korelasi positif antara hablun minallah dan hablun minannas, atau hubungan vertikal dengan Allah dan hubungan horizontal dengan sesama manusia," katanya.

Dalam ungkapan lain, kata Din, kemabruran jamaah haji yang bersifat spiritual sebagai hasil dari penunaian manasik haji akan menentukan kemabruran jamaah yang bersifat sosial yakni kebersamaan dalam membangun kebudayaan dan peradaban yang berkemajuan.

"Semoga segenap jamaah haji Indonesia akan memperoleh kemabruran sejati dan paripurna, yakni dapat meraih pahala dan ridha Allah SWT dari keikhlasan dan ketekunan beribadat, dan mampu untuk menjelmakan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan bersama," katanya.

Pada bagian lain, Din mengajak umat Islam di Indonesia menjadi umat yang hidup dalam kerukunan, kekompakan dan kebersamaan dengan penuh kasih sayang bersama saudara-saudara seiman, dan bersedia untuk hidup berdampingan secara damai dengan saudara-saudara sebangsa dan setanah air walaupun berbeda suku dan agama.

"Menjadi khaira ummah atau umat terbaik berarti kaum beriman akan cenderung ber-fastabiqul khairat, meningkatkan kualitas diri, baik pribadi maupun organisasi, kemudian berlomba-lomba merebut prestasi dan keunggulan. Maka, umat Islam di Indonesia akan menjadi umat yang tidak hanya besar dalam jumlah dan bilangan, tapi juga besar dalam mutu dan kualitas," katanya.

Dalam penyelenggaan haji 2014, pada 2 Oktober jamaah menuju Padang Arafah dan melaksanakan wukuf pada 3 Oktober. Selanjutnya setelah Magrib, jamaah bergerak ke Muzdalifah. Jamaah akan bermalam di Muzdalifah untuk selanjutnya bergerak menuju Mina guna melempar jumrah.

Pewarta: Unggul Tri Ratomo
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014