Jambore itu terbukti mampu meningkatkan rasa percaya diri mereka, sehingga tidak minder dengan kondisi mereka,"
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengklaim penyelenggaraan Jambore Anak Berkebutuhan Khusus (Jambore ABK) 29 September - 2 Oktober terbukti mampu meningkatkan rasa percaya diri mereka.

"Jambore itu terbukti mampu meningkatkan rasa percaya diri mereka, sehingga tidak minder dengan kondisi mereka," ujar Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Dikdas Kemdikbud, Mudjito, di Jakarta, Jumat.

Pelaksanaan Jambore itu juga berguna untuk pendidikan karakter anak berkebutuhan khusus.

"Pramuka merupakan sarana efektif untuk mendidik karakter mereka," lanjut dia.

Pendidikan karakter melalui kepramukaan bukan monopoli komunitas tertentu. Pramuka harus mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak berkebutuhan khusus karena tata pergaulan dalam kepramukaan bersifat egaliter dan non diskriminatif.

"Jambore itu dijadikan tempat berlatih bagi anak berkebutuhan khusus. Mereka didampingi oleh pendampingnya," tambah dia.

Jambore yang dilangsungkan setiap tahunnya itu juga untuk melatih kemandirian anak berkebutuhan khusus.

"Ini tahun keempat."

Terdapat delapan nilai dari Jambore itu yakni "to live" (kelainan bukan hambatan dalam menjalani kehidupan), "to love" (mencintai diri, sahabat, saudara, bahkan lingkungan), "to learn" (hanya dengan proses pembelajaran dalam interaksi sesama, maka hasil belajar itu bisa didapat), "to play" (melalui Jambore maka pembentukan karakter akan berlangsung dalam suasana yang gembira), "to work" (metode yang diterapkan dalam kepramukaan merupakan proses belajar aktif-progesif dengan pengalaman langsung di alam terbuka).

Kemudian "to sense" (anak berkebutuhan khusus diajarkan mengenai penginderaan), "to cooperate" (nilai persaudaraan, persahabatan, dan kerjasama diajarkan), dan "to pray" (ketakwaan menjadi tujuan yang paling utama dalam kegiatan kepramukaan).

Jambore tersebut diikuti 336 perserta dan enam pendamping yang merupakan perwakilan dari masing-masing provinsi.

Para peserta terdiri dari siswa dengan kekhususan tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan autis.

(I025/M019)

Pewarta: Indriani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014