Dakar (ANTARA News) - Pemerintah Liberia mengharuskan wartawan memiliki surat izin untuk meliput penyebaran wabah Ebola demi melindungi hak privasi warga negara yang terkena virus mematikan tersebut.

Kebijakan tersebut diumumkan pada Kamis, atau satu hari setelah juru kamera stasiun televisi NBS asal Amerika Serikat diindikasi positif terjangkit Ebola.

Media internasional sendiri saat ini semakin tertarik dengan situasi di Liberia setelah wabah Ebola menewaskan hampir 2.000 orang dan menjangkiti 3.696 orang di negara tersebut.

Menurut aturan baru, seorang wartawan dapat dipenjara jika tidak memiliki surat izin dari kementerian kesehatan sebelum mendekati korban Ebola, melakukan wawancara, ataupun mengambil gambar fasilitas kesehatan di Liberia.

"Kami memperhatikan dengan rasa prihatin terhadap pengambilan gambar di rumah sakit pasien yang akan diperiksa oleh dokter. Tindakan pengambilan foto itu merupakan penghinaan terhadap harga diri, privasi dan kehormatan pasien," kata kepala badan Ebola Incident Management System Liberia, Tolbert Nyeswah.

"Pasien Ebola tidak berbeda dengan pasien lainnya. Para wartawan harus memiliki izin sehingga mereka tidak bisa mengambil gambar seorang pasien telanjang yang tidak menghormati privasi," kata dia.

Penyebaran wabah Ebola membuat kewalahan badan kesehatan di Liberia, Sierra Leone, dan Guinea. Virus tersebut bahkan juga telah mulai menyebar ke Senegal, Nigeria, dan Amerika Serikat.

Pasien pertama yang didagnosa terjangkit Ebola di Amerika Serikat adalah warga negara Liberia bernama Thomas Eric Duncan. Dia terancam akan diadili jika kembali ke negaranya karena memberi keterangan palsu saat hendak terbang ke Texas.

Beberapa hari sebelum keberangkatan, Duncan menolong seorang wanita hamil di Liberia yang kemudian meninggal karena Ebola. Dia kemudian terbang ke Texas melalui Brussel dan Washington dua pekan yang lalu.

Di bandara, Duncan menulis bahwa dia tidak pernah terlibat kontak dengan pasien Ebola dalam kuesioner yang dibagikan untuk mencegah penyebaran Ebola

Pemerintah Amerika Serikat mengatakan bahwa kondisi Duncan kritis dan empat dari sekitar 100 orang yang sempat berhubungan dengannya telah dikarantina.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa kondisi darurat kesehatan internasional terkait wabah itu. Sejumlah negara juga telah mengirim bantuan medis dalam berbagai bentuk, demikian Reuters.

(G005)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014