Arafat (ANTARA News) - Mantan pejabat militer Mesir, Suliman Ouda, mengecam kelompok garis keras di Suriah dan Irak dengan menyebutnya sebagai teroris saat dia berjalan menuju bukit Arafah.

"Islam adalah agama perdamaian dan kebaikan, bukan pembunuhan apalagi kekerasan. Saya tidak menganggap mereka yang berperang di Irak dan Suriah sebagai Muslim. Mereka hanya memalukan agama saya," kata Ouda kepada Reuters pada Jumat saat dia bergabung dengan ribuan jamaan haji lainnya.

Namun Ahmad Orabi, seorang insinyur Suriah yang berada tidak jauh dari Ouda tidak sepakat.

Orabi sendiri pernah dipenjara di Suriah karena mengkritik pemerintahan Presiden Bashar al-Assad sebelum mengungsi ke Turki. Salah satu putranya kini masih dipenjara.

"Jika gerilyawan dikenal dengan nama ISIS atau kelompok lainnya bisa berperang melawan pemerintah, maka saya mendukung mereka," kata Orabi.

"Bashar adalah teroris dan Iran adalah musuh," kata dia.

Ibadah haji tahun ini diwarnai oleh keprihatinan akan ancaman dari gerilyawan dan kelompok garis keras lainnya. Pemerintah Arab Saudi bergabung dengan koalisi internasional untuk membantu mengalahkan mereka.

Meskipun survei ilmiah tidak dimungkinan pada masa haji, pengambilan contoh acak mengindikasikan bahwa ada sentimen terpecah mengenai geriryawan ISIS --yang saat ini menguasasi sebagian wilayah Suriah dan Irak.

Abdurrahman al-Gahtani, pejabat pengatur haji Arab Saudi, mengatakan bahwa kelompok garis keras--yang dikenal sebagai Daesh dalam bahasa Arab--menimbulkan citra buruk bagi Islam.

"Para ulama mengatakan bahwa Daesh adalah teroris dan kami sepakat. Mereka yang membunuh orang tidak berdosa adalah bukan Muslim seperti kami," kata Gahtani kepada Reuters.

Sejumlah jamaah haji yang menghadiri ibadah di masjid Namira pada Jumat mengaku mendengar ulama di tempat tersebut mengatakan bahwa "Islam tidak bertanggung jawab atas tindakan kelompok garis keras."

Namun Muhammad Askar, seorang guru asal Suriah, tidak setuju, Dia mengatakan bahwa kelompok garis keras adalah satu-satunya pihak yang dapat menggulingkan Bashar di negaranya.

Arab Saudi sendiri adalah negara donor yang menyalurkan bantuan berupa uang dan senjata bagi gerilyawan di Suriah. Namun di sisi lain negara tersebut juga menolak dikaitkan dengan kelompok ISIS.

Sementara itu pengamanan ibadah haji nampak lebih ketat dari biasaya. Lebih banyak petugas berseragam yang disiagakan di tempat-tempat suci.

"Saya berhaji dua tahun lalu dan tidak melihat ada banyak pasukan pengamanan seperti sekarang," kata Amr Abdullah, seorang insinyur asal Mesir di puncak bukit Arafah.

Di sisi lain untuk mencegah memburuknya situasi, pemerintah Arab Saudi mengingatkan agar para jamaah haji tidak melakukan demonstrasi politik. Pada pekan lalu, Menteri Dalam Negeri Pangeran Muhammad bin Nayef mengatakan bahwa pihaknya tidak akan memberi toleransi.

"Pemerintah akan menangani semua propaganda, semua slogan politik dan intelektual, karena tujuan dari haji hanya untuk ibadah saja," kata Pangeran Nayef.

Ibadah haji tahun ini dihadiri oleh tiga juta orang, dan sebanyak 1,4 juta berasal dari luar Arab Saudi, demikian Reuters.

(G005)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014