Hongkong (ANTARA News) - Kepala keamanan Hong Kong dengan murka membantah bahwa pemerintah telah menggunakan geng triad untuk menghadapi pemrotes pro-demokrasi pada Sabtu, setelah ada tuduhan-tuduhan para preman dibayar untuk menimbulkan aksi-aksi kekerasan.

"Saya melihat bahwa orang-orang telah mengatakan pemerintah tutup mata terhadap anggota-anggota triad atau bahkan bekerja sama dengan mereka," kata Lai Tung-kwok, sekretaris keamanan, kepada wartawan dengan nada tinggi.

"Tudingan-tudingan ini dibuat dan sangat berlebihan," kata dia.

Tetapi anggota parlemen dari demokrat, Albert Ho, mengatakan polisi "tampaknya banyak berdiam terhadap kegiatan-kegiatan triad".

"Saya punya alasan untuk yakin bahwa harus ada opsi bagi mereka yang berada di kekuasaan di Hong Kong untuk melihat bahwa para pengunjuk rasa dibersihkan dari kawasan publik," kata dia kepada kantor berita AFP.

"Satu-satunya jalan ialah membiarkan orang lain melakukannya, seperti mereka melakukannya sendiri," kata Ho.

Rekannya James To juga menunjuk ke arah penguasa.

"Saya tak percaya polisi Mong Kok tidak dapat mengenali anggota geng triad," kata dia seperti dikutip harian South China Morning Post.

"Pemerintah telah menggunakan, pasukan terorganisasi dan bahkan geng-geng triad dalam usaha membubarkan warga," katanya.

Dua distrik pertokoan tersibuk di kota itu berubah menjadi tempat aksi kekerasan pada Jumat (3/10) ketika ada kelompok-kelompok yang menyasar para pemrotes yang telah membuat bagian-bagian Hong Kong menjadi macet selama sepekan belakangan.

Para pemrotes menuntut hak untuk mengajukan siapa yang dapat menjadi pemimpin mereka pada pemilihan tahun 2017, sementara Beijing menyatakan hanya calon-calon yang telah disetujui yang dapat mengikuti pemilihan.

Tiongkok menuding para pengampanye demokrasi telah mengganggu stabilitas kota.

Tajuk rencana koran Partai Komunus, People's Daily, menyebut "Tindakan-tindakan polisi Hongkong untuk menangani Occupy Central merupakan kebutuhan mutlak untuk menjaga aturan hukum."

Polisi menahan 19 orang yang terlibat dalam bentrok-bentrok Jumat dan mengatakan delapan di antaranya tersangka anggota geng preman.

Amnesty International menyalahkan polisi "yang diam saja dan tak melakukan apa-apa" untuk melindungi para pemrotes.

Geng-geng triad secara tradisonal terlibat dalam perdagangan obat terlarang, prostitusi dan kejahatan lain. Belakangan mereka terlibat dalam usaha-usaha sah seperti properti dan industri keuangan.

Sebagian percaya mereka juga punya hubungan dengan kegiatan politik dan baru-baru ini ada tuduhan triad mengirim preman bayaran untuk menimbulkan masalah selama aksi protes. (Uu.M016)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014