Lebih baik musyawarah namun MPR merupakan lembaga politik, kalau tidak ada kesepakatan maka voting merupakan langkah terakhir
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Harian Partai Demokrat Syarif Hasan mengatakan mekanisme voting dalam menentukan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tidak bisa dihindari karena bagian dari pengambilan keputusan.

"Proses pengambilan keputusan (pimpinan MPR) apabila sesuai tata tertib melalui musyawarah dan mufakat, kalau tidak bisa maka voting merupakan bagian dari pengambilan keputusan itu," katanya di Gedung Nusantara I, Kompleks DPR/MPR, Jakarta, Senin.

Dia mengatakan proses pengambilan keputusan di MPR lebih baik dijalankan dengan menempuh mekanisme musyawarah dan mufakat.

Menurut dia, MPR merupakan lembaga politik sehingga apabila tidak ada kesepakatan maka mekanisme voting merupakan langkah terakhir.

"Lebih baik musyawarah namun MPR merupakan lembaga politik, kalau tidak ada kesepakatan maka voting merupakan langkah terakhir," ujarnya.

Syarif Hasan menjelaskan dalam politik harus ada kebersamaan, sehingga apapun usulan dari Koalisi Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) harus dibicarakan dalam lobi fraksi di MPR.

Hal itu menanggapi usulan KIH agar ketua MPR berasal dari DPD.

"Saya tidak ikut dalam lobi dalam KMP (penentuan calon pimpinan MPR) sehingga tidak tahu siapa yang tersingkir," katanya.

Dia mengatakan dirinya belum tahu kader Demokrat yang akan mengisi pimpinan MPR.

Menurut dia, dirinya belum menerima nama yang akan diajukan tersebut dalam Rapat Paripurna pada Senin malam.

"Mungkin saja surat sudah masuk karena Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat yang tanda tangan," katanya.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014