Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, melemah 25 poin menjadi Rp12.202 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.177 per dolar AS.

Analis Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Senin mengatakan bahwa kombinasi sentimen negatif global dan dalam negeri kembali mendorong mata uang rupiah berada di dalam area negatif menembus level Rp12.200 per dolar AS.

"Namun demikian, pelemahan rupiah akibat sentimen global dinilai wajar karena seiring dengan pergerakan mayoritas mata uang emerging market akibat data tren ekonomi AS yang positif sehingga ekspektasi pasar terhadap suku bunga AS dapat dinaikan lebih cepat," ujarnya.

Menurut dia, untuk saat ini sentimen domestik lebih mendominasi seiring dengan masih panasnya suhu politik di dalam negeri menyusul perebutan kursi pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

"Diharapkan, sentimen terhadap politik bersifat sementara sehingga rupiah kembali pulih dengan cepat sehingga tekanannya tidak terlalu dalam," ucapnya.

Kendati demikian, lanjut dia, Bank Indonesia cukup konsisten menjaga kestabilan mata uang domestik agar fluktuasinya stabil sehingga tekanan rupiah tidak tergerus lebih besar terhadap dolar AS.

Analis Riset Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy dalam kajiannya mengemukakan bahwa Bank Indonesia akan mampu meningkatkan posisi devisa pada akhir bulan September. Bank sentral telah menyerap valas senilai 3 miliar dolar AS pada 30 September tahun ini.

"Berdasarkan estimasi kami, 40 persen kenaikan tambahan cadangan valas dari awal tahun dikontribusi oleh penyerapan valas BI. Nilai tukar valas penting untuk meningkatkan ketahanan eksternal Indonesia untuk menghadapi risiko ketidakpastian domestik dan luar negeri ke depannya," psparnya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Senin (6/10) tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.212 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp12.144 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014