...saat pendidikan sudah dibekali Sapta Marga dan Tri Brata, apabila berunjuk rasa seperti itu, apalagi menunjukkan sikap arogan dan tidak menghormati pimpinannya, itu sangat memalukan."
Bangkalan (ANTARA News) - Unjuk rasa yang dilakukan anggota Polres Pamekasan, Jawa Timur, Sabtu (4/10) hingga menyegel rumah dinas pimpinannya sangat memalukan, kata Purnawirawan Polri Hariyanto Waluyo, Selasa.

"Polisi ini adalah pengayom masyarakat dan saat pendidikan sudah dibekali Sapta Marga dan Tri Brata, apabila berunjuk rasa seperti itu, apalagi menunjukkan sikap arogan dan tidak menghormati pimpinannya, itu sangat memalukan," kata tokoh masyarakat asal Kecamatan Pasean, Pamekasan ini kepada wartawan disela-sela acara HUT Ke-69 TNI yang digelar di Bangkalan.

"Yanto" sapaan karib pria yang pernah menjadi anggota DPRD dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Pamekasan ini lebih lanjut menyatakan, pimpinan Polri tidak menanggapi unjuk rasa anggota Polres Pamekasan tersebut, karena sudah jelas tidak wajar dan menyalahi prinsip dasar institusi komando.

Pimpinan marah kepada anak buah di institusi yang menerapkan sistem komando, baik TNI maupun Polri merupakan hal yang wajar, karena Polri maupun TNI bukan sipil.

Jika unjuk rasa tersebut ditanggapi lalu pimpinan Polri melakukan mutasi terhadap perwira di Polres Pamekasan, maka menurut dia, bisa dipastikan seluruh anggota polisi akan melakukan unjuk rasa apabila pimpinannya tidak sesuai dengan keinginan hati anak buahnya.

Yanto juga mengkhawatirkan fenomena ini juga akan merembet pada TNI baik TNI AD, AU maupun AL, sehingga dirinya memandang perlu institusi meliter tersebut melakukan upaya antisipasi.

"Sebagai pengayom dan pelindung masyarakat, tidak selayaknya anggota polisi melakukan unjuk rasa seperti yang dilakukan anggota Polres Pamekasan itu," katanya.

Apalagi, kemarahan pimpinannya dalam rangka kebenaran, yakni anggota jarang melakukan pengungkapan. Sebagai pengayom dan pelindung masyarakat, sambung dia, wajar apabila pemimpin merasa bertanggung jawab atas persoalan tersebut.

"Saya ini orang Pamekasan dan tahu persis seperti apa maraknya kasus pencurian sepeda motor di Pamekasan itu. Makanya wajar jika pimpinannya marah, karena pengungkapan sangat minim," katanya.

Yanto yang juga mantan Kepala Desa Batukerbuy, Kecamatan Pasean ini lebih lanjut menjelaskan, jika tuntutan polisi yang berunjuk rasa itu diakomodir, tidak menutup kemungkinan kejadian ini akan ditiru anggota polisi lain ketika tidak cocok dengan pimpinan.

"Bahkan kapolri, kapolda dan kapolres bisa diunjuk rasa supaya dimutasi ketika tidak cocok dengan bawahannya," katanya.

Disamping itu, sambung dia, prilaku yang dipertontonkan kepada masyarakat saat berunjuk rasa juga sangat tidak sesuai, bahkan menyimpang dari nilai-nilai moral, karena dilakukan dengan cara anarkis.

"Kalau menjaga unjuk rasa adik-adik mahasiswa supaya tidak anarkis, tapi ketika polisi berunjuk rasa justru anarkis. Apa bukan anarkis jika menyegel tempat kerja dan rumah dinas perwira," paparnya.

Oleh karenanya, ia meminta agar kasus yang terjadi di Polres Pamekasan segera diusut tuntas, sehingga aktor intelektual dibalik aksi itu segera diketahui. Sehingga, jika terjadi sebuah persoalan di internal polisi tidak lantas berunjuk rasa, melainkan sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan di internal kepolisian.

"Saya sebagai mantan anggota polisi merasa malu. Kok ada anggota polisi sampai berunjuk rasa seperti itu. Memang sekarang ini zaman kebebasan, tapi bukan untuk polisi. Kasus seperti ini sangat fatal," pungkasnya.  (*)

Pewarta: Abd Aziz
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014