Surabaya (ANTARA News) - Langit dermaga Madura, Komando Armada Kawasan Timur TNI AL, Surabaya, pada Selasa (7/10) menjadi "kanvas" pemandangan yang berbeda sama sekali dengan keadaan sehari-hari. Gegap-gempita dan deru mesin-mesin pesawat terbang TNI AU, TNI AL, dan TNI AD bergantian dalam belasan flight misi menunjukkan dirinya.

16 unit C-130 Hercules TNI AU dari tiga skuadron, Skuadron Udara 31 dan Skuadron 32, serta Skuadron Udara 17 VIP, beriringan menerbangi Selat Madura, dari arah barat ke timur pada ketinggian jelajah rendah. "Mirip saat penyerbuan dan pengeboman selama Perang Dunia II menyeberangi Selat Dover, mengebom Jerman," kata seorang perwira tinggi TNI, mengomentari misi penerbangan itu.

Deru mesin-mesin Allison T-56 yang memutar baling-baling berbilah empat dari semua C-130 Hercules itu sangat khas di telinga dalam formasi terbang yang tidak tertentu.

Berbeda sekali dalam demonstrasi penerjunan satu brigade pasukan Lintas Udara Kostrad, di Pulau Madura, memakai 15 C-130 Hercules itu beberapa menit sebelumnya. Ini operasi penerjunan pasukan lintas udara terbesar yang pernah dilakukan TNI sejak dia berdiri pada 5 Oktober 1945.

Belasan C-130 Hercules itu menjadi bagian dari demonstrasi dan parade dinamis semua arsenal dan sistem kesenjataan yang dimiliki TNI. Banyak sekali yang baru, sejalan perwujudan visi Minimum Essential Force pada 2024, yang pada 2014 ini ditargetkan mencapai 30 persen dari angka yang dituju bagi ketiga matra TNI.

Dari podium kehormatan, duduk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di antara Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio, Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI IB Putu Dunia, dan Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. Hampir semua atase pertahanan kedutaan negara-negara sahabat hadir, menyaksikan kebangkitan baru TNI.

Oleh Moeldoko, pencapaian modernisasi arsenal dan sistem kesenjataan TNI pada paruh pertama dasawarsa ini menjadi satu hal yang sangat mendesak dan logis untuk diwujudkan.

"Indonesia semakin diperhitungkan di kawasan, itu pasti. Posisi tawar kita semakin tinggi," katanya, pada gladi resik HUT ke-69 TNI itu, pada 4 Oktober lalu.

Upacara peringatan HUT TNI kali ini memang sengaja dibuat besar-besaran dan menampilkan banyak sekali kebolehan personel ketiga matra TNI yang semakin meningkat.

Sesudah pokok upacara dilaksanakan, kemahiran bela diri personel diperagakan, sejak dari penerjunan pasukan-pasukan khusus ketiga matra TNI --termasuk 10 personel korps wanita TNI-- dilanjutkan demonstrasi infiltrasi dan pemusnahan musuh.

Yang cukup unik dan mengejutkan, satu flight gabungan Sukhoi Su-27/30MKI Flankers dan F-16 Fighting Falcon dari Skuadron Udara 11 dan Skuadron Udara 3 menjadi pembuka rangkaian upacara. Gemuruh mesin-mesin mereka memekakkan telinga dan menggetarkan dada, sebelum Salam Kebangsaan diudarakan berupa lagu Indonesia Raya dilantunkan Korps Musik gabungan TNI.

Arena upacara berupa dermaga sepanjang 440 meter dipenuhi lima brigade upacara bermaterialkan sekitar 10.000 personel pasukan ketiga matra. Ini juga satu jumlah yang di luar kebiasaan TNI selama ini dalam menggelar upacara militer. Mereka bergiliran meneriakkan yel-yel kebanggaan mereka sebelum upacara dimulai.

Setelah defile pasukan ditutup, rangkaian upacara masih berlanjut untuk mendemonstrasikan berbagai arsenal dan kemampuan militer Indonesia. Di antaranya adalah Herky flight berintikan 16 C-130 Hercules itu.

"Hitamkan langit, istilahnya seperti itu dalam misi penerbangan militer seperti itu. Ini untuk kepentingan demontrasi kekuatan dan kesiapan kita sebagai bentuk pertanggungjawaban publik atas semua persenjataan yang diberi rakyat dan negara. Kalau misi perang sebenarnya berbeda lagi," kata Komandan Wing 3 Pangkalan Udara Utama Iswahyudi, Kolonel Penerbang Widyargo Putro. (*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014