Brussel (ANTARA News) - Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan perkiraan pertumbuhan zona euro dan memperingatkan bahwa blok mata uang tunggal itu menghadapi periode panjang di mana aktivitas lamban dan inflasi sangat rendah.

Dalam laporan terbaru "World Economic Outlook", IMF mengatakan pertumbuhan 18 negara zona euro akan menjadi 0,8 persen tahun ini, turun tajam dari perkiraan sebelumnya 1,1 persen, dan menjadi 1,3 persen pada 2015 bukan 1,5 persen.

Pemulihan di zona euro berjalan "lambat dan tentatif", IMF memperingatkan, dengan dampak dari krisis utang yang melemahkan terus "menjadi tantangan untuk pertumbuhan kuat dan berkelanjutan."

Prospek suram datang didukung data resmi pada Agustus yang menunjukkan bahwa ekonomi zona euro secara tak terduga terhenti di kuartal kedua, menghapus harapan bahwa pemulihan telah bertahan.

Data baru pada Selasa menunjukkan bahwa produksi industri di Jerman, penggerak ekonomi zona euro, tiba-tiba melambat pada Agustus.

Salah satu penyebab utama untuk pemulihan buruk adalah investasi yang lesu. IMF mengatakan investasi lumpuh karena rumah tangga dan bisnis yang berutang masih terlalu gugup untuk membuka dompet mereka setelah krisis bertahun-tahun.

Dalam konteks ini, baik investasi swasta maupun publik jauh dari tingkat pra-krisis, IMF mengatakan, menempatkan risiko penurunan terbesar untuk zona euro dan berpotensi terhadap ekonomi global secara keseluruhan.

Risiko "perlambatan pemulihan di kawasan euro, risiko yang melemahkan permintaan lebih lanjut dan inflasi yang rendah berubah menjadi deflasi," kata Olivier Blanchard, kepala ekonom di IMF, seperti dikutip AFP.

"Ini bukan garis dasar kami, karena kami percaya fundamental secara perlahan membaik, tetapi, hal itu terjadi, jelas akan menjadi masalah utama yang dihadapi ekonomi dunia."

Data Uni Eropa baru-baru ini menempatkan inflasi zona euro pada 0,3 persen, jauh di bawah target ECB sedikit di bawah 2,0 persen.

Kendati ECB tidak mampu mengatasi kesenjangan investasi yang luas, meski suku bunga telah diturunkan mendekati nol dan menyediakan pembiayaan super murah bank untuk mendorong pinjaman.

Tetapi langkah-langkah ini belum memberikan dan dengan inflasi masih jauh di bawah target ECB dekat dua persen, IMF mendesak bank sentral untuk lebih lanjut membeli utang pemerintah, kebijakan yang akan menghadapi penentangan signifikan di Jerman, negara paling kuat di blok itu.

"Untuk kawasan euro, prioritasnya adalah mencapai pertumbuhan di atas tren yang kuat dan meningkatkan inflasi, menyiratkan pemeliharaan kebijakan moneter yang akomodatif," IMF mengatakan dalam laporannya.

Lembaga yang berbasis di Washington itu mengatakan prospek berbeda di berbagai negara di zona euro dan menyatakan bahwa skenario dasarnya masih memperkirakan "pemulihan moderat dan inflasi terkendali" dalam jangka menengah.

Untuk beberapa negara, termasuk yang paling terpengaruh oleh krisis, pertumbuhan telah mulai terlihat naik.

Spanyol, yang didukung oleh ekspor, diperkirakan mengalahkan perkiraan sebelumnya dengan pertumbuhan tahun ini 1,3 persen.

Jerman juga akan menikmati pertumbuhan yang mantap di atas rata-rata zona euro, sekalipun jika diperkiraan 1,4 persen setengah persentase poin lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.

Lebih mengkhawatirkan, Italia yang dililit utang di mana perekonomiannya mengalami kontraksi di semester pertama tahun ini, diperkirakan tidak akan kembali ke pertumbuhan sampai 2015.

Prancis juga diperkirakan akan mengecewakan, hanya mencapai pertumbuhan 0,4 persen pada 2014 dan masih rendah 1,0 persen pada 2015.

(A026)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014