Jadi untuk setiap daerah, diminta untuk mengidentifikasi 10 titik di daerah masing-masing yang dianggap paling rawan terjadi krisis, untuk diberikan bantuan.
Kupang (ANTARA News) - Pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengucurkan Rp4 miliar untuk mengatasi krisis air dan kekeringan yang melanda 15 kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Anggaran digunakan untuk membeli air dan disalurkan kepada masyarakat di sejumlah titik di 15 kabupaten di NTT," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Provinsi NTT, Tini Tahedus, di Kupang, Rabu.

Tini menjelaskan, kucuran itu sebagai bentuk perhatian pemerintah pusat atas pengajuan proposal yang disampaikan Pemerintah NTT untuk mengatasi krisis air akibat kekeringan.

Ia menambahkan, berdasarkan proposal yang diajukan NTT membutuhkan dana Rp15 miliar, namun yang direalisasikan hanya Rp7 miliar. Kemudian yang sudah dicairkan dan disalurkan ke 15 kabupaten itu berjumlah Rp4 miliar.

Anggaran itu, telah digunakan untuk menanggulangi bencana kekeringan di 15 kabupaten, dari laporan sebelumnya 17 dari 22 kabupaten yang menderita kekeringan.

"Untuk 17 kabupaten, lanjut dia, ada dua kabupaten yang tidak mendapatkan bantuan alokasi anggaran itu, yaitu Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) dan Sikka, yang tidak menyampaikan pernyataan kepala daerah soal kekeringan dan krisis air bersih," katanya.

Ia mengatakan, untuk 15 daerah yang menerima bantuan Rp4 miliar itu, diharap bisa menyalurkan ke 10 titik daerah yang paling rawan mengalami kriris air, karena kemarau akibat El Nino ini.

"Jadi untuk setiap daerah, diminta untuk mengidentifikasi 10 titik di daerah masing-masing yang dianggap paling rawan terjadi krisis, untuk diberikan bantuan," katanya.

Selain bantuan anggaran itu, lanjut Tini Thadeus, Pemerintah Pusat melalui BNPB Nasional juga menyetujui dua sumur bor dari 10 sumur bor yang diusulkan.

"Ada juga dua sumur bor yang rencananya dibuat di Sumba Tengah. Dari 10 sumur bor yang diusulkan, hanya dua yang disetujui dengan total dana hampir Rp700 juta," kata dia. (*)

Pewarta: Yohanes Adrianus
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014