Jakarta (ANTARA News) - Perempuan umumnya mengalami serangan jantung 10 tahun lebih lambat dibandingkan laki-laki.

"Ini karena pengaruh hormon estrogen. Estrogen juga membuat profil lipid atau lemak kita bagus, HDL tinggi, LDL rendah," ujar Lektor Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr. Jetty H. Sedyawan, SpJP, K, FIHA dalam acara peluncuran produk asuransi kesehatan, di Jakarta, Rabu.

Dia melanjutkan, kondisi ini terjadi sebelum perempuan memasuki masa menopause.

Setelah perempuan memasuki masa menopause -- kondisi di mana salah satunya ditandai dengan tubuh tidak lagi memproduksi hormon estrogen --maka risiko perempuan terkena serangan jantung sama besarnya dengan laki-laki.

"Setelah menopause, kita (perempuan) selemah laki-laki. Sebelum menopause pembuluh darah kita kuat karena ada hormon estrogen. Di samping itu, setelah menopause, profil lipid kita juga akan buruk," katanya.

Dr. Jetty mencatat, saat ini banyak ditemukan perempuan yang belum memasuki masa menopause namun mengalami serangan jantung.

Hal ini, menurut dia, disebabkan penerapan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, mengonsumsi makanan berlemak jenuh tinggi, kurang berolahraga dan stres.

"Selain itu ada faktor lain yakni riwayat keluarga yang mengalami penyakit jantung," ungkapnya.

Oleh karena itu, agar terhindar dari serangan jantung, dia menyarankan para perempuan dan laki-laki menerapkan pola gaya hidup sehat.

Salah satu yang paling sederhana ialah bergerak selama tiga puluh menit.

"Bergerak, mau nyapu silakan nyapu, mau cuci mobil. Enggak usah olah raga terstruktur. Semua itu boleh dilakukan asal dilakukan selama tiga puluh menit tanpa berhenti," sarannya.

Dia menambahkan, umumnya gejala serangan jantung meliputi sakit di dada, sulit bernafas, lengan merasa tidak nyaman, berkeringat dingin dan leher seperti tercekik.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014