Jakarta (ANTARA News) - Anggota DPR dari Fraksi PKS Mahfudz Siddiq mengatakan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat dapat menggandeng perguruan tinggi untuk melakukan riset ilmiah terhadap tayangan televisi atau program hiburan yang menyimpang.

"Jadi KPI itu percaya diri menjelaskan alasan bahwa tayangan hiburan ini melanggar sesuai dengan riset ilmiah yang dilakukan perguruan tinggi," ujar Mahfudz Siddiq dalam diskusi "Tantangan dan Peluang Peralihan Sistem Analog Menuju Digital Dalam Penyiaran di Indonesia" di Jakarta, Rabu.

Hal tersebut dilakukan, lanjut mantan Ketua Komisi I DPR itu, agar televisi yang menayangkan program hiburan tersebut tidak lagi menjalankannya dan memberikan tayangan-tayangan televisi yang menonjolkan sisi edukasi.

Sementara itu Ketua Komisi Pendidikan Asosiasi Televisi Swasta Indonesia Suryopratomo mengatakan peringatan tentang peran televisi yang harus ikut mencerdaskan sudah lama disampaikan. Namun, orientasi televisi sebagai sebuah industri jauh lebih menonjol. Akibatnya televisi lebih dilihat sebagai alat pemupuk modal daripada alat pemupuk peradaban.

"Itu bisa dilihat dari tayangan-tayangan televisi yang lebih menonjolkan sisi hiburan ketimbang pendidikan. Bahkan stasiun televisi yang dibentuk untuk kepentingan pendidikan diubah menjadi televisi umum," kata dia.

Gerakan kelompok masyarakat untuk mengoreksi tayangan televisi terus disampaikan, Namun, kritik tersebut belum mampu mengubah orientasi para pengelola televisi, karena masyarakat umum maupun perusahaan lebih menyukai program-program hiburan.

"Tayangan-tayangan sinetron masih mendominasi acara televisi. Kalau pun ada informasi yang mendapatkan porsi meningkat itu yang berkaitan dengan kehidupan selebritis," kata dia.

Ia mengatakan semua itu tidak bisa dilepaskan dari kepentingan pasar. Acara-acara hiburan semakin mendapat tempat karena ditopang oleh para pemasang iklan.

"Pengusaha lebih suka menempatkan iklan di acara hiburan, karena lebih banyak penontonnya. Dengan semakin banyak penonton yang menyaksikan, maka biaya iklan dilihat menjadi lebih murah," ujar dia.
(A063/S024)

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014