London (ANTARA News/Reuters) - Harold Mayne-Nicholls, mantan kepala komite teknik FIFA yang memperingatkan mengenai keputusan badan sepak bola untuk melaksanakan Piala Dunia 2022 di Qatar, mempertimbangkan untuk menjadi kandidat presiden pada tahun depan.

Jika ia jadi melakukannya, Mayne-Nicholls akan menjadi kandidat ketiga dalam persaingan memperebutkan jabatan itu bersama pejabat petahana sekaligus favorit, Sepp Blatter, dan mantan wakil sekretaris jenderal FIFA Jerome Champagne.

Mayne-Nicholls (53), merupakan mantan kepala Federasi Sepak Bola Chile dan berwenang untuk penyelidikan teknis yang mengevaluasi semua tawaran masuk untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.

Ia merupakan ofisial senior pertama yang secara terbuka memberi peringatan mengenai menyelenggarakan Piala Dunia pada terik musim panas di Negara Teluk, dan Qatar menduduki posisi terbawah pada persaingan untuk menjadi tuan rumah di bawah AS, Australia, Korea Selatan, dan Jepang.

Mayne- Nicholls mengindikasikan niatnya itu pada kolom surat kabar di Spanyol dan berkata kepada keirradnege.com, "Keputusan tidak diperlukan sebelum 28 Januari tahun depan. Pemilihan dilangsungkan pada 29 Mei, maka kita semua memiliki Oktober, November, Desember, dan Januari."

"Itu berarti empat bulan untuk memeriksa semuanya maka orang-orang yang menghubungi saya - dan yang saya hubungi - dapat menilai langkah ke depan yang terbaik."

Mayne-Nicholls harus mendapatkan setidaknya lima federasi nasional untuk dapat menjadi kandidat.

Udara segar

"Sekali Anda memutuskan menjadi kandidat, Anda harus meyakinkan 105 dari 209 negara yang merupakan anggota FIFA karena itulah yang diperlukan untuk menang," ia menambahi.

"Saya menulis kolom beberapa bulan lalu untuk El Pais di Spanyol, yang saya titik beratkan mengenai perlunya udara segar. Apa yang terjadi belakangan ini tidak sesuai dengan citra FIFA atau, secara tidak langsung, sepak bola."

"Terdapat ketidak sambungan lengkap antara apa yang para penggemar pikir mereka butuhkan dan administrasi permainan."

"Itu membuat saya percaya bahwa Anda dapat menjalani perubahan sambil memelihara apa yang bekerja dengan baik. Saya tidak berpikir itu hal bijak, dalam jangka panjang, untuk memelihara individu-individu dan struktur yang sama."

Presiden UEFA Michel Platini, yang mengatakan tidak lagi mendukung pencalonan Blatter, mengumumkan pada Agustus bahwa ia tidak akan mengikuti pemilihan, dan justru memutuskan untuk berkonsentrasi pada UEFA.

Pada Senin, Michael Hershman, anggota Komite Pemerintahan Independen yang mengurus proses reformasi FIFA antara 2011 sampai 2013, mengatakan inilah saatnya bagi Blatter (78) untuk memberi kesempatan kepada sosok baru.

Hershman berkata, "Saya pikir presiden Blatter semestinya mengundurkan diri untuk kebaikan olahraga, dan untuk kebaikan organisasi. Ia berada dalam posisi pemimpin ketika semua skandal terjadi dan ia tidak mengambil tanggung jawab secara personel."

"(Bahkan) jika benar bahwa ia tidak didapati terlibat sebagai sosok yang bersalah, sejujurnya, pengalaman saya adalah bahwa ketika Anda memiliki organisasi-organisasi yang secara terus-menerus berada di bawah kabut, satu cara paling efektif untuk keluar dari kabut itu adalah mengganti pemimpin."

(Uu.H-RF/D011)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014