Masih beruntung kita masih bisa melihat gerhana bulan, padahal asap lumayan pekat sejak siang hari,"
Pekanbaru (ANTARA News) - Sejumlah warga Kota Pekanbaru merasa beruntung masih bisa menikmati fenomena gerhana bulan, meski kabut asap kebakaran lahan menyelimuti langit kota mempengaruhi jarak pandang.

"Masih beruntung kita masih bisa melihat gerhana bulan, padahal asap lumayan pekat sejak siang hari," kata seorang warga Pekanbaru, Coki Sulistyo, Rabu.

Ia mengatakan, sudah menunggu fenomena alam tersebut sejak pukul 17.00 WIB. Saat itu kabut asap terlihat pekat menyelimuti langit.

Tahapan gerhana bulan akhirnya baru terlihat cukup jelas sekitar pukul 19.00 WIB, ditandai dengan bulan yang berwarna merah dan hanya berlangsung sekitar 10 menit, meskipun tidak terlihat penuh.

"Tapi susah juga memotretnya karena kamera jadi sulit mendapatkan fokus akibat banyak asap," kata Oki.

Seorang warga lainnya, Muhamad Ali, juga mengeluhkan hal yang sama karena asap membuat gerhana bulan tidak terlalu jelas terlihat. "Padahal ini fenomena langka, tapi gara-gara asap kebakaran inilah jadi terganggu," ujar Ali.

Secara terpisah, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Sugarin mengatakan, asap kebakaran lahan dan hutan menyelimuti empat daerah di Riau. Untuk Kota Pekanbaru, jarak pandang akibat asap turun tinggal sekitar tiga kilometer pada Rabu petang.

Bahkan, polusi asap juga mengakibatkan kualitas udara menurun dalam status "Tidak Sehat" berdasarkan kandungan PM10 dari pantauan alat Indeks Standar Pencemar Udara.

"Ya. Asap mulai pekat pada siang hingga malam hari," ujarnya.

Berdasarkan satelit Terra dan Aqua pada pukul 16.00 WIB, jumlah titik panas (hotspot) yang mengindikasikan kebakaran lahan dan hutan berjumlah 20 titik di Sumatera. Titik panas terbanyak di Sumatera Selatan dan Jambi yang masing-masing berjumlah delapan titik. Sedangkan, di Riau terdapat empat titik panas di Kabupaten Kuantan Singingi ada dua titik, Pelalawan dan Indragiri Hulu masing-masing ada satu titik.

Berdasarkan pernyataan resmi (BMKG), fenomena gerhana dimulai pada pukul 15.14 WIB dan berakhir pada 20.25 WIB. Sementara itu, periode totalitasnya bakal berlangsung selama satu jam, pukul 17.24-18.24 WIB.

Masing-masing daerah di Indonesia punya keberuntungan berbeda dalam menyaksikan gerhana bulan total.

Warga wilayah Indonesia Timur beruntung karena bisa menyaksikan fase gerhana secara penuh. Fase itu terdiri dari awal gerhana, gerhana bulan sebagian, totalitas, hingga kembali lagi ke gerhana sebagian dan akhir gerhana.


(F012/S023)

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014