Jakarta (ANTARA News) - Sutradara Riri Riza mengaku saat ini berupaya mencari formula unik untuk terus mengangkat wilayah Timur Indonesia.

Hal inilah yang kemudian menghantarkan Riri menyelenggarakan lokakarya intensif perfilman Asia Tenggara yang diadakan untuk Indonesia bagian Timur, "Makassar South East Asian Screen Academy" (SEAscreen Academy).

"Indonesia Timur memiliki semua potensi perfilman untuk dikembangkan, ekspresi budaya yang kaya, pertumbuhan ekonomi dan konsumsi yang tinggi, serta lokasi-lokasi pembuatan film yang indah," ujar Riri yang juga pendiri program SEAscreen Academy, di Jakarta, Kamis.

"Film memiliki potensi besar sebagai ekspresi identitas budaya dan ekonomi kreatif. Indonesia telah menjalani dan membuktikannya hampir sepanjang sejarah negeri, walau demikian harus diakui bahwa porsi terbesar sajian di layar bioskop Indonesia adalah film impor dari Hollywood atau hiburan komersial dari Jakarta," tambah dia.

Dia mengungkapkan, lokakarya yang akan diselenggarakan pada 21-26 Oktober ini menjadi salah satu upaya menjadikan Makassar sebagai pintu bagi Indonesia Timur, misalnya untuk transfer pengetahuan dari pembuat film dari berbagai wilayah di Asia Tenggara pada pembuat film di wilayah Timur dan membantu mengangkat cerita-cerita yang dekat dengan mereka.

"Kenapa Makassar? Karena di sana para pembuat filmnya lebih responsif," katanya.

Riri mengungkapkan, selama hampir 10 tahun perjalanan karirnya sebagai pembuat film, pertanyaan yang selalu muncul adalah bagaimana membuat film Indonesia yang ceritanya tidak harus sama terus menerus.

"Semakin lama seharusnya (ceritanya) semakin meluas. Kemudian, orang tidak harus selalu berpikir Industri film hanya bisa berkembang di Jakarta," ungkap Riri.

Riri mengatakan, dalam lokakarya yang diselenggarakan ketiga kalinya ini, pihaknya akan menghadirkan para pembuat film berprestasi dari Asia Tenggara, yakni Teng Mangansakan (Filipina), Gunnar Nimpuno (Jakarta), Edwin (Indonesia), Yunu Hadi (Singapura) dan Sanif Olek (Singapura).

"Mudah-mudahan lokakarya ini ada dampaknya bagi komunitas film di Indonesia Timur khususnya Makassar. Mereka bisa menghasilkan film yang bukan hanya bisa ditonton teman-teman mereka, tetapi juga masyarakat luas," harap Riri.(*)

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014