Balikpapan (ANTARA News) - Anggota DPRD Kalimantan Timur Rakhmad Majid Gani mninta Pemprov Kaltim mengantisipasi penurunan harga sawit.

Harga jual tandan buah segar (TBS) kelapa sawit pada Oktober alami penurunan hingga mencapai 1.469,45 per kilogram (Kg), ini merupakan yang terendah selama 2014.

Imbasnya, petani mengaku mengalami kerugian yang tak sedikit. Penurunan harga TBS ini berlangsung berturut-turut berawal dari bulan Mei. Penurunan terbesar yakni pada Oktober ini, mencapai Rp224,80 per Kg. Padahal pada September lalu harga yang ditetapkan ialah Rp1.694,25 per Kg. Justru pada April harga sempat mengalami kenaikan hingga menyentuh Rp1.882,49 per Kg.

Terkait hal tersebut, DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) Rakhmad Majid Gani mengatakan penurunan ini jelas memberikan dampak negatif bagi para petani. Mengingat, harga jual yang terus menurun tak sebanding dengan harga pembelian bahan perlengkapan bertani seperti pupuk, air, upah kerja dan masih banyak lainnya.

"Tentu saja ini akan berimbas pada pola belanja rutin para petani tersebut. Daya jual dan beli petani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tentu saja akan terganggu," kata Rakhmad Majid Gani di Samarinda, Jumat.

Fenomena penurunan harga jual seperti ini pastilah ada dalam regulasi agroindustri. Karena memang, harga jual hasil bumi tergantung dari kebijakan pasar global. Jadi, penurunan tak harus menjadi pengendor semangat untuk melanjutkan usaha dalam agroindustri tersebut, bukannya selain penurunan harga jual, beberapa bulan lalu juga sempat mengalami kenaikan, katanya.

"Jadi, jangan karena penurunan harga jual ini petani lantas patah arang. Ini merupakan sebuah proses, pasti harga jual akan membaik," kata Rakhmad Majid Gani.

Rakhmad Majid Gani menambahkan, bila merujuk pada pendapatan internal para petani, masih banyak hal yang seharusnya bisa dijadikan pendukung pendapatan para petani selain dari hasil komoditi sawit saja. Masih banyak yang bisa dikelola, terutama sektor palawija dan perairan.

"Petani seharusnya mengantisipasi hal ini dengan cermat. Sektor lain masih banyak yang bisa dikembangkan, tak melulu harus berpatokan pada satu komoditi saja. Terlebih, pemerintah kebupaten/kota terkait juga harus peka menanggapi hal ini," katanya.

Legislator Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut juga berharap, fenomena seperti ini harusnya sudah bisa diprediksi oleh pemerintah. "Jangan tunggu terjadi baru semua kelabakan, antisipasi masalah harus sudah ada jauh-jauh hari," kata Rakhmad Majid Gani.

Ke depan, dirinya berharap jika semua harus memiliki stok pendapatan tambahan terkait usaha agroindustri ini. Tak hanya berpaku pada satu komoditi saja, namun petani wajib punya backup pendapatan dari komoditi lain.

"Masih banyak yang bisa dikelola selain kelapa sawit misalanya saja tanaman palawija, atau dari sektor perikanan (tambak atau kolam ikan). Jika pemerintah lebih jeli, harusnya petani sudah diwanti-wanti akan terjadinya penurunan harga jual sawit ini," katanya.
(S035/A029)

Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014