Washington (ANTARA News) - Turki telah setuju untuk mendukung upaya guna melatih dan melengkapi oposisi moderat Suriah, kata Departemen Luar Negeri AS, Jumat (10/10), setelah utusan AS berbicara dengan pejabat Turki mengenai cara menghadapi kelompok fanatik.

"Kami sangat mengharapkan tim perencanaan DOD (Departemen Pertahanan) bisa mengunjungi Ankara pekan depan guna melanjutkan perencanaan melalui saluran militer," kata  Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Marie Harf dalam satu taklimat.

Utusan Khusus Presiden AS John Allen dan Wakilnya Brett McGurk pergi ke Turki pekan ini dan mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Turki, sebagai bagian dari upaya AS yang berlanjut untuk menekan Ankara agar berbuat lebih banyak dalam memerangi kelompok fanatik Negara Islam (IS).

Utusan AS dan para pejabat Turki menekankan "diperkuatnya oposisi moderat Suriah, yang terlibat perang melawan ISIL dan rejim (Presiden Suriah Bashar) al-Assad, penting bagi setiap penyelesaian politik yang realistis dan langgeng bagi krisis Suriah", kata wanita Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki di dalam satu pernyataan yang dikeluarkan setempat pembicaraan tersebut pada Kamis (9/10).

"Turki dapat membantu dalam banyak cara, bukan hanya dengan tindakan militer langsung," kata Harf kepada wartawan pada Jumat, sebagaimana diberitakan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi. Ia menambahkan Turki juga dapat menyediakan hak pangkalan buat militer AS untuk membantu kegiatan melawan IS.

Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel pada Kamis mengatakan bantuan penting militer yang Amerika Serikat ingin peroleh dari Turki ialah akses ke Pangkalan Udara Turki di Incirlik dan kesepakatan untuk membantu melatih serta melengkapi pasukan moderat Suriah.

Turki, yang berbatasan dengan Irak dan Suriah, dipandang oleh para pejabat AS sebagai salah satu unsur penting rencana menyeluruh Presiden Barack Obama untuk menghancurkan IS. Namun Ankara memiliki sasaran yang lebih mendasar, yaitu mengalahkan Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad, dan menganggap pembentukan zona penyangga di wilayah perbatasan Suriah sebagai syarat bagi keikut-sertaannya dalam koalisi melawan IS.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry pada Rabu (8/10) mengatakan kepada wartawan zona penyangga adalah gagasan "yang pantas dikerjakan dengan cara amat, sangat seksama". Tapi Pentagon belakangan menyatakan Departemen Pertahanan AS tersebut tidak menganggap gagasan itu sebagai pilihan militer.

Pada Jumat, Asisten Presiden AS Urusan Kontra-terorisme dan Keamanan Dalam Negeri Lisa Monaco bertemu dengan Hakan Fidan, Kepala Organisasi Intelijen Nasional Turki --yang sedang berkunjung, kata Gedung Putih.

Mereka membahas berbagai "cara untuk memperkokoh kerja sama kontra-teror yang sudah erat dan makin merekatkan kemampuan unik Turki ke dalam koalisi internasional melawan ISIL", kata Gedung Putih di dalam satu pernyataan. Gedung Putih menggunakan singkatan nama lain bagi kelompok fanatik IS.
(C003)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014