...pintu hotel dan kamar mandi yang terlalu kecil dan membuat kursi roda saya sulit masuk. Masih banyak anak tangga di puskesmas yang membuat kami (difabel) ketakutan duluan."
Jakarta (ANTARA News) - Sri Lestari, penyandang disabilitas yang menempuh perjalanan darat sekitar 2500 km dari kota Sabang hingga Jakarta, mengemukakan bahwa masih banyak fasilitas umum yang tidak ramah bagi difabel.

Sri Lestari memulai perjalanan dari Titik Nol di Kota Sabang melintasi Banda Aceh dan kota-kota lain di Sumatera sejak 5 September dan tiba di Jakarta pada 10 Oktober. 

Pekerja sosial itu melakukan perjalanan lintas Sumatera itu menggunakan kursi roda bermotor hasil modifikasi.

Sri berharap perjalanannya itu bisa mengilhami disabilitas lainnya yang selama ini masih enggan keluar rumah.

"Ini dilakukan untuk para difabel yang masih di rumah karena keterbatasan yang dimiliki. Sekaligus juga memotivasi dan memberi inspirasi kawan-kawan lain," kata Sri Lestari.

Dia mengemukakan hal itu dalam Diskusi Mendorong Implementasi Fasilitas Infrastruktur & Transportasi Publik yang Ramah Bagi Penyandang Disabilitas di Kantor Kementerian Pariwisata dan Indudstri Kreatif, Sabtu.

Sri mengaku selama melakukan perjalanan itu terdapat hambatan yang menghadang, seperti pintu masuk hotel kecil yang tidak muat bagi kursi roda, hingga jalan di Sumatera yang masih bergelombang.

"Kesulitannya jalan di Sumatera masih bergelombang, kemudian pintu hotel dan kamar mandi yang terlalu kecil dan membuat kursi roda saya sulit masuk. Masih banyak anak tangga di puskesmas yang menyulitkan kami masuk," kata Sri.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu yang juga hadir dalam acara itu mengatakan, "Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang menjamin hak-hak penyandang disabilitas sudah ada. Hanya kini tinggal mengimpementasikannya."

Perjalanan lintas Sumatera menggunakan kursi roda bermotor ini merupakan kedua kalinya. Sebelumnya, pada 2013 Sri melakukannya dari Monas, Jakarta menuju Denpasar Bali, menempuh jarak sekitar 1.200 kilometer.

Sri Lestari adalah seorang paraplegi. Sebuah kecelakaan telah menimpa Sri saat berusia 23 tahun dan menyebabkan kelumpuhan dari pinggang ke bawah.

Pewarta: Okta Antikasari
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014