Port of Spain, Trinidad (ANTARA News) - Setelah menjadi spekulasi selama berminggu-minggu, seorang ibu asal Trinidad dan Tabago akhirnya mengakui bahwa anaknya yang berusia 29 tahun telah meninggalkan negaranya sejak setahun lalu untuk bergabung dengan kelompok bersenjata Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Menurut laporan media setempat yang mewawancarai ibu pemuda tersebut, Shane Crawford yang juga dikenal dengan Asadullah, telah menjual barang-barang berharganya, termasuk mobil dan televisi layar lebar untuk membeli tiket ke Suriah.

Ia menempuh perjalanan ke wilayah dekat Venezuela dengan salah seorang istrinya, lalu melanjutkan perjalanan ke London dan Turki sebelum sampai di Suriah.

Media setempat juga berspekulasi bahwa sejumlah pemuda dari Trinidad dan Tobago telah bergabung dengan ISIS, termasuk seorang pria identitasnya pernah ditayangkan ISIS dengan nama Al Trinidadi lewat rekaman video.

Pada Oktober 2011, Crawford bersama 15 orang pria lain, pernah ditahan karena diduga terlibat dalam kelompok yang berusaha membunuh Perdana Menteri Kamla Persad-Bissessar dan tiga orang anggota kabinet.

Mereka kemudian dilepaskan karena tidak ada bukti keterlibatan mereka.

Ibu Crawford mengatakan, sejak penahanan itu, anaknya mulai takut bepergian keluar.

"Ia hanya berdiam di rumah dan bermain games. Ia memang sangat suka bermain video games," kata sang ibu mengenai bungsu dari enam bersaudara itu.

"Tidak semua orang bisa menerima penindasan. Anda akan melawan dengan cara berbeda. Ia pergi untuk bertempur. Ia yakin dengan apa yang dilakukannya," katanya.

Sejumlah organisasi Islam di negara Karibia itu secara terbuka mengecam tindakan ISIS yang sama sekali tidak mencerminkan ajaran Islam.

Umat Islam di Trinidad dan Tobago berjumlah sekitar tujuh persen dari total 1,3 juta penduduk.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014