Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sulit mencapai angka 5,8 persen pada 2015 karena perekonomian seluruh negara berkembang masih mengalami perlambatan.

"Saya lihat memang setahun ini, 2014-2015, ekspektasi pertumbuhan tinggi memang tidak terlalu mudah, karena kecenderungan global juga begitu," katanya di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan, perlambatan ekonomi di negara-negara berkembang menyebabkan ekspor dan investasi Indonesia melemah serta tidak bisa memberikan kontribusi maksimal pada angka pertumbuhan tahun depan.

"Kita berharap kalau rupiah melemah, ekspornya naik karena harganya kompetitif. Tapi kalau Tiongkok lemah, walaupun harga ekspor murah, permintaan ikut turun, jadi itu not necessarilly dorong ekspor. Di sisi lain, investment terkendala karena tingkat bunga relatif tinggi," ujarnya.

Selain itu, ekonomi negara berkembang masih menghadapi sejumlah risiko tahun depan, salah satunya terkait normalisasi kebijakan moneter yang segera dilakukan The Federal Reserve (Bank Sentral Amerika Serikat) yang bisa mengakibatkan gejolak baru.

"Buat emerging market, risiko penting yang perlu diperhatikan adalah normalisasi kebijakan di AS. Kita berharap, market sudah mulai price in, mudah-mudahan tidak terlalu berisiko," kata Menteri Keuangan, yang baru saja menghadiri pertemuan Bank Dunia-IMF di Washington, Amerika Serikat.

Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia, India dan Tiongkok, masih dianggap lebih baik dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.

"Afrika Selatan hanya tumbuh 1,8 persen, Brasil ada dalam resesi, Turki pertumbuhan rendah kisaran tiga (persen). Mereka menganggap angka 5,1 persen (Indonesia) sekarang di-consider tinggi untuk pertumbuhannya," ujarnya.

Ia menambahkan, dalam pertemuan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional negara-negara maju mengapresiasi pertumbuhan ekonomi Indonesia karena rata-rata pertumbuhan ekonomi global saat ini hanya berada pada kisaran tiga persen.

"Mereka bicara lima persen itu tinggi, bisa dibayangkan. Saya bilang tahun ini Indonesia hanya bisa lima persen sampai 5,5 persen, mereka bilang 'wow', 5,5 dibilang hanya karena katanya mereka struggling dengan dua persen-tiga persen," katanya.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014