... posisi kami yang terpantau mereka... "
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Divisi Humas Kepolisian Indonesia, Inspektur Jenderal Polisi Ronny F Sompie, mengatakan, kepolisian kesulitan menangkap anggota kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) karena mereka lebih menguasai medan.

"Mereka lebih tahu soal perbatasan. Area di sana kan pegunungan. Itu daerah pantauan mereka. Kami mendatangi mereka di gunung, posisi kami yang terpantau mereka," kata Ronny di Jakarta, Senin.

Menurut dia, kelompok bersenjata ini menjadi fokus incaran TNI dan Kepolisian Indonesia, karena kelompok tersebut terlibat dalam banyak kasus pembunuhan, penganiayaan dan perusakan.

"Kami berupaya mengatasi serangan kelompok ini. Kami menganggap kelompok ini kelompok kriminal karena arah perbuatannya pidana, perusakan, penganiayaan atau pembunuhan," katanya.

Pada Sabtu (11/10) pagi, tim khusus Polres Kepulauan Yapen dibantu tim dari TNI menggerebek markas OPM wilayah Yapen pimpinan Maikel Merani.

Meski tidak berhasil menangkap pelaku, tapi aparat menyita sejumlah senjata milik kelompok tersebut yakni lima pucuk senpi rakitan, 20 butir amunisi, satu unit sepeda motor jenis Yamaha Vixion dan empat seragam loreng.

Sebelum aparat tiba di markas, kelompok OPM sudah melarikan diri. Polisi kemudian mengejar ke Gunung Kiriyow dan sempat mengalami baku tembak selama 20 menit dengan kelompok ini, tetapi kemudian para pelaku berhasil kabur.

Penggerebekan itu dipimpin langsung oleh Kapolres Kabupaten Kepulauan Yapen, setelah mendapat laporan dari masyarakat setempat bahwa Maikel Merani dan kawan-kawan sering mengganggu dan berbuat onar di sekitar Distrik Angkaisera.

Kelompok Maikel ini diketahui sering memeras warga setempat dengan menggunakan senpi untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka.

Sementara untuk mengantisipasi adanya serangan balik dari OPM, Juru Bicara Polda Papua, Komisaris Polisi Sulistyo Pudjo, menyebutkan, jika telah menambah jumlah personil di Polsek Angkaisera, memantau pergerakan kelompok tersebut, berkoordinasi dengan forum pimpinan daerah, tokoh masyarakat dan adat.

Pewarta: Anita Dewi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014