Makkah (ANTARA News) - Nama Jabal Uhud atau bukit Uhud selalu dikenang oleh umat Islam karena di lembah gunung ini pernah terjadi peperangan besar antara pejuang Islam dan kaum kafir Quraisy pada 15 Syawal 3 Hijriyah (Maret 625 Masehi) yang menyebabkan 70 pejuang mati syahid.

Oleh sebab itu Jabal Uhud merupakan salah satu lokasi yang wajib dikunjungi oleh umat Islam, termasuk jamaah haji Indonesia, saat berada di Madinah, seperti yang terlihat pada Sabtu (11/10). Saat itu jamaah haji dari mancanegara mencoba mengenang perjuangan para pejuang Islam dan berziarah.

"Bagaimana dulu ya, para pejuang melepaskan dan membidik panah kepada lawan mereka. Apalagi mungkin saat itu cuaca sangat panas," kata Kholis dari Indonesia dari bukit kecil dekat kuburan para tentara yang mati sahid atau syuhada sambil memandang ke Bukit Uhud.

Melihat lokasi dan kawasan perbukitan yang mengelilinginya, maka orang bisa membayangkan bagaimana sulitnya medan perang ketika itu.

Menurut buku Tuntutan Haji dan Umrah Kemenag, Jabal Uhud adalah nama sebuah bukit terbesar di Madinah. Letaknya sekitar lima kilometer dari pusat kota Madinah, dan berada di pinggir jalan lama  Madinah-Makkah. Dahulu sebelum pemerinah Arab Saudi membangun jalan baru (1984), Gunung Uhud ini selalu dilewati oleh jamaah yang masuk ke Madinah maupun yang menuju Makkah.

Di lembah bukit ini pernah terjadi perang dahsyat, yang kemudian disebut perang Uhud, antara kaum muslimin sebanyak 700 orang melawan kaum musyrikin Quraisy dari Makkah sebanyak 3.000 orang. Saat  itu kaum musryikin mencoba membalas kekalahan mereka dalam Perang Badar.

Dalam pertempuran tersebut yang gugur 70 orang syuhada, antara lain Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad SAW. Sementara dari kafir Quraisy sebanyak 22 orang.

Waktu kaum musyrikin Makkah sampai di perbatasan Madinah, umat Islam mengadakan musyawarah bersama para sahabat yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Banyak para sahabat mengusulkan agar umat Islam menyongsong kedatangan musuh di luar kota Madinah, usul ini akhirnya disetujui oleh Nabi Muhammad SAW.

Dalam perang itu kaum muslimin, sesuai dengan strategi Rasulullah SAW mengambil posisi di atas Jabal Uhud dan memerintahkan melakukan penyerangan bila pasukan musuh mulai menyerbu. Nabi Muhammad SAW menempatkan beberapa orang pemanah di atas gunung arrimah (bukit sebelah utara Uhud), di bawah pimpinan Mash’ab bin Umair.'

Dalam perang yang dahsyat tersebut pasukan muslimin sebenarnya sudah memperoleh kemenangan yang gemilang dan kaum musyrikin lari pontang-panting.

Namun, pemanah umat Islam yang berada di atas gunung tergoda, setelah melihat barang-barang yang ditinggalkan oleh musuh.

Menurut cerita lainnya, musuh memberikan umpan dengan menyebar uang dan perhiasan. Kemudian pasukan muslimin meninggalkan posnya, padahal sebelumnya Muhammad SAW. telah menginstruksikan agar tidak meninggalkan pos meski apapun yang terjadi.

Adanya pengosongan pos oleh pasukan pemanah tersebut dimanfaatkan oleh Khalid bin Walid (sebelum masuk Islam) seorang ahli strategi yang memimpin tentara berkuda (kaum musyrikin) menggerakkan tentaranya kembali guna menyerang dari arah belakang (selatan) sehingga umat Islam mengalami kekalahan yang tidak sedikit yaitu sampai 70 orang sahabat gugur sebagai syuhada.

Nabi Muhammad SAW sendiri dalam peperangan tersebut mendapat luka-luka. Para sahabat-sahabatnya yang menjadi perisai Nabi Muhammad Saw. gugur karena badannya penuh dengan anak panah. Setelah perang usai kaum musyrikin mengundurkan diri kembali ke Makkah.


Pemakaman syuhada

Kemudian Nabi Muhammad SAW memerintahkan agar mereka yang gugur dimakamkan di tempat mereka roboh, sehingga ada satu liang kubur berisi beberapa syuhada. Kuburan Uhud waktu sekarang dikelilingi tembok. Di dalam areal pemakaman yang dikelilingi pagar itu, tidak ada tanda-tanda khusus seperti batu nisan, yang menandakan ada makam di sana.

Di pemakaman ini, peziarah selain melihat ke dalam makam yang kini telah dipagari, juga mendoakan para syuhada.

Menurut buku Pintar Haji dan Umroh karangan Iwan Gayo, kecintaan Rasulullah kepada para syuhada Uhud, terutama Hamzah mendorong beliau melakukan ziarah ke Jabal Uhud hampir setiap tahun. Jejak ini diikuti pula oleh beberapa khalifah setelah Rasul wafat. Dengan demikian Jabal Uhud menjadi salah satu tempat penting untuk diziarahi oleh para pengunjung, khususnya jamaah haji.

Di sekitar itu terdapat pula lubang tempat Rasulullah SAW terjerembab dan tertimpa batu ketika terjadi perang. Terdapat pula sebuah gua tempat Rasul beristirahat seuasai perang.

Namun pemerintah Arab Saudi memasang papan penggumuman dalam berbagai bahasa yang salah satunya mengingatkan peziarah.

Pemerintah Arab Saudi mengingkatkan kepada jamaah bahwa mengajukan permohonan, meminta agar dijauhkan dari musibah yang menimpa, meminta syafaat, dan meminta keinginan kepada mayat adalah adalah perbuatan syirik besar yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam.

Jamaah juga dilarang mengusap-usap kuburan karena merupakan amalan bid'ah yang diada-adakan dan tidak boleh dilakukan karena dapat membuat seseorang mengarah kepada kesyirikan. Dilarang pula mencari berkah dengan mendaki gunung, begitu pula mengambil tanah atau bebatuan dari tempat tersebut.

Disebutkan ziarah disyariatkan untuk dua tujuan, pertama untuk mengucapkan salam kepada ahli kubur dan mendoakan mereka. Kedua untuk mengingatkan diri kepada kehidupan akhirat .

Tidak hanya melakukan ziarah, jamaah juga bisa membeli oleh-oleh atau cendera mata atau kurma di sana. Di sepanjang jalan dari pemakaman menuju parkir kendaraan, terdapat seratusan lebih pedagang yang menawarkan barang dagangannya.

"Alhamdulillah ziarah pada hari ini sungguh luar biasa. Allah memberi kesempatan para jamaah untuk dapat berziarah di mana para pejuang Islam sahabat Rasulullah berjuang membela Islam," kata Junaidi Husdah, jamaah haji asal embarkasi Medan, suatu ketika.(*)

Oleh Unggul Tri Ratomo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014