New York (ANTARA News) - Sejak diagnosis Ebola pertama di AS bulan lalu di Dallas, permintaan pakaian pelindung penyakit berbahaya dan masker meningkat tajam, sehingga menjadi anugerah bagi perusahaan-perusahaan yang membuat dan menjual perangkat pelindung kesehatan di tengah ketakutan menyebarnya wabah maut itu.

Menurut para eksekutif perusahaan yang diwawancarai Reuters, kebanyakan permintaan itu berasal dari pemerintah dan lembaga-lembaga internasional dan terjadi sejak virus itu mewabah Maret lalu.

Setelah seorang berkebangsaan Liberia bernama Thomas Eric Duncan didiagnosis terpapar virus Ebola di Dallas, dan kemudian meninggal dunia, rumah sakit-rumah sakit di AS meburu perlengkapan pelindung kesehatan. Seorang pembantu perawat di Spanyol juga terpapar viruis ini setelah merawat seorang pasien di sana.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan tiga juta pakaian pelindung diperlukan untuk mengendalikan penyebaran Ebola di seluruh dunia, untuk menjamin para pekerja kesehatan dan lainnya agar tidak menyentuh tubuh terinfeksi Ebola melalui darah atau keringat.

Virus ini telah membunuh lebih dari 4.400 orang yang sebagian besar di negara-negara Afrika Barat di Sierra Leone, Liberia dan Guinea.

Tanpa intervensi tambahan atau perubahan dalam prilaku masyarakat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) memperkirakan akan ada 1,4 juta kasus Ebola di Afrika Barat sampai Januari 2015.

DuPont, produser pakaian pelindung yang digunakan di Afrika Barat dan Amerika Serikat, mengaku produksinya berlipat tiga kali sejak awal meluasnya wabah ini Maret lalu.

Kimberly-Clark, juga produsen alat-alat pelindung kesehatan, mengalami permintaan yang naik 20 sampai 30 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.

Medline, pembuat dan distributor alat-alat kesehatan, juga mengalami peningkatan penjualan sampai 40 persen sejak wabah Ebola ini menjalar.

"Begitu kasus pertama (di Amerika Serikat) didiagnosis, kami mengalami pertambahan panggilan dengan lebih dari 150 pendaftaran baru dalam sehari," kata Stephanie Pasko Nelson, wakil presiden pemasaran divisi rawat cegah Medline, seperti dikutip Reuters.




Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014