Tapi kita baru bisa menghasilkan 5.000 ton"
Mataram (ANTARA News) - Kementerian Kehutanan menyebutkan bahwa produksi madu petani Indonesia baru mencapai 5.000 ton setahun, jauh dari kebutuhan dunia yang mencapai 15.000 ton per tahun.

"Itu hasil madu para petani yang dihasilkan dari jaringan madu hutan Indonesia," kata Direktur Bina Perhutanan Sosial Pengelolaan Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial Kementerian Kehutanan Wiratno di Mataram, Rabu.

Namun, meskipun jumlah madu yang dihasilkan petani di negeri ini jumlahnya sudah mencapai 5.000 ton pertahun. Tetap saja Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan madu di pasaran internasional.

"Kebutuhan madu di luar negeri itu 15 ribu ton pertahunnya. Tapi kita baru bisa menghasilkan 5.000 ton, malah terkadang di bawah itu," ucapnya.

Menurut dia, selama ini para petani yang masuk dalam pasar jaringan madu Indonesia, jika dilihat dari sisi pola pengembangan, pemeliharaan, pengolahan hingga pemasaran produk madu masih sangat sederhana. Sementara, kebutuhan akan madu selalu meningkat setiap tahunnya.

"Ini lah yang ingin kita kembangkan dan pasarkan melalui jaringan madu hutan Indonesia, sehingga ada nilai tambah yang dihasilkan dari produk madu bagi para petani," jelasnya.

Sebab, diakui Wiratno, selama ini hasil atau keuntungan dari produksi madu yang dihasilkan para petani selalu dinikmati para tengkulak.

Selain itu, untuk lebih meningkatkan daya dukung madu hutan Indonesia, kata Wiratno, Kementerian Kehutanan akan membuat daerah percontohan pengembangan madu. Provinsi NTB telah ditetapkan sebagia daerah pencontohan pengembangan madu tersebut.

"Jadi kita buat ini sebagai percontohan agar ada nilai tambah bagi petani, sehingga tidak bergantung terhadap tengkulak," imbuhnya.

Oleh karenanya, ia berharap agar pengembangan madu hutan Indonesia tersebut bisa terus berkembang, sehingga dapat meningkatkan dan nilai tambah bagi petani.

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014