Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat meminta PT Indonesia Asahan Alumunium untuk menggenjot produksi dua kali lipat dari sebelumnya untuk meningkatkan kinerja serta memenuhi kebutuhan domestik dan juga ekspor.

"Kemenperin menyusun suatu perencanaan bisnis untuk meningkatkan produksi Inalum, dari 225 ribu ton menjadi 500 ribu ton, dengan begitu kapasitas untuk kebutuhan domestik dan ekspor terlayani," ujar Menperin Mohamad S Hidayat pada acara Silaturahmi Keluarga Besar Menperin, Wamenperin, dan Staf Khusus di Jakarta, Kamis.

Menperin mengatakan, sejak diambil alih 100 persen oleh pemerintah Indonesia, Inalum diserahkan kepada BUMN, namun Kemenperin tetap menyusun perencanaan bisnisnya untuk meningkatkan produksi.

Menperin berharap, Inalum dapat terus meningkatkan produksi dan kinerjanya pasca-pengambilalihan seluruh saham tersebut, sehingga kehormatan dan martabat bangsa tetap terjaga.

"Jangan sampai, setelah puluhan tahun berjalan baik dengan manajemen pihak jepang, kemudian pindah ke Indonesia kinerjanya melorot. Harus dihindari hal-hal seperti itu, demi kehormatan dan martabat bangsa," kata Menperin.

Menperin menambahkan, untuk menjaga kinerjanya agar tidak merosot, Inalum membutuhkan tambahan modal yang cukup besar, di mana hal tersebut bisa diatasi dengan dua hal, yakni melalui penyertaan modal dari pemerintah, atau masuk ke lantai bursa dengan "go public" atau Initial Public Offering (IPO).

"Kalau IPO paling cepet itu 3 tahun dari sekarang, harus diprogram. Penambahan Modal yang dibutuhkan kira-kira Rp500 juta. Harus di apply kepada APBN, kalau tidak ya minta izin pemerintah untuk IPO, 20 persen sahamnya dijual ke publik, tidak lebih dari 20 persen," kata Menperin.

Dengan "go public", tambah Menperin, kinerja Inalum dapat diawasi oleh public, sehingga diharapkan akan semakin tumbuh dan berkembang.

Menperin menyebut pengambilalihan Inalum oleh Pemerintah Indonesia merupakan capaiannya yang fenomenal, di mana perusahaan tersebut adalah perusahaan peleburan atau smelter terbesar di ASEAN.

"Sekarang Indonesia harus waspada karena Malaysia sedang membangun. Tapi kita masih yang terbesar. Dan saya ingin kinerja Inalum di tangan putra-putra Indonesia bisa ditingkatkan," ujar Menperin.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014