Jakarta (ANTARA News) - Tokoh olahraga otomotif nasional Tinton Soeprapto mengharapkan presiden terpilih Joko Widodo mau memperhatikan Sirkuit Sentul di Jawa Barat karena selama ini hanya ditangani pihak swasta.

"Sirkuit Sentul saya kelola sendiri sejak berdiri tahun 1997. Padahal jika pemerintah mau turun tangan, tentunya akan banyak keuntungan yang bakal didapat Indonesia dalam upaya menyejahterakan rakyat," kata Tinton di Jakarta, Kamis.

Mantan pembalap nasional ini mengemukakan pemerintah sepatutnya jeli pada peluang mendapatkan keuntungan berlipat dari industri olahraga otomotif ini.

Ia mengingatkan, Indonesia sebagai negara dengan penduduk ke-4 terbesar di dunia telah menjadi pasar utama berbagai produk motor dan mobil merek ternama.

"Pemerintah kan beda, punya senjata (regulasi, red). Bisa saja menyuruh berbagai perusahaan saling bahu membahu menyelenggarakan ajang skala internasional seperti Formula 1, swastakan tidak bisa," kata sosok inisiator berdirinya Sirkuit Sentul ini.

Ia menyayangkan peluang itu tidak dimanfaatkan pemerintah sebagai alat untuk menyejahterakan rakyat.

"Coba bayangkan jika ajang Formula 1 (F1) digelar di Indonesia, berapa banyak uang yang mengalir. Indonesia tidak seperti Singapura yang menyelenggarakan F1 di jalan, kita beda karena sudah ada sirkuit," ujarnya.

Ia menilai, sudah waktunya bagi pemerintah mendatang untuk tidak lagi mengesampingkan olahraga karena sektor ini bisa mengubah tampilan suatu negara dari negara berkembang menjadi negara maju.

"Olahraga bisa memecahkan semua sama seperti yang dilakukan Tiongkok dalam membangun negaranya. Tinggal lagi, pemerintah mau intervensi (campur tangan, red) atau tidak," kata ayah pembalap nasional Ananda Mikola dan Moreno Soeprapto ini.

Sirkuit Sentul berdiri sejak tahun 1997 dan masih dikelola pihak swasta. Sejak berdiri, sirkuit internasional ini telah menyelenggarakan Superbike (empat kali), MotoGP (dua kali), A1 (dua kali), dan Speed Car (satu kali) dan GP2 (satu kali).

"Mana ada di dunia yang menyelenggarakan Kejuaraan Dunia itu pihak swasta, semua diselenggarakan pemerintah. Saya mengharapkan, pemerintahan Jokowi mau turun tangan langsung dan tidak menyia-yiakan kesempatan karena saat ini sudah dikenal di dunia internasional," ujar pria kelahiran Blitar, 21 Mei 1945 ini.

(SDP-68/R010)

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014