London (ANTARA News) - Inggris akan segera mulai mengerahkan pesawat-pesawat tanpa awak yang ditempatkannya di Afghanistan untuk melawan para gerilyawan kelompok Negara Islam (IS) di Irak, kata Menteri Luar Negeri Philip Hammond kepada parlemen, Kamis.

Pesawat Reaper yang dikendalikan dari jarak jauh akan mendukung pengamatan, pengintaian serta intelijen bagi pasukan Irak serta koalisi internasional yang mengambil bagian dalam operasi penyerangan terhadap kelompok IS di Irak utara.

Pesawat-pesawat tak berawak itu juga akan meluncurkan bom dan peluru-peluru kendali.

Ini akan menjadi pertama kalinya bagi Inggris untuk mengerahkan pesawat-pesawat Reaper di luar Afghanistan.

Inggris sendiri akan menarik seluruh pasukan tempurnya tahun ini dari negara tersebut.

"Kita sedang menjalani proses untuk mengerahkan lagi beberapa pesawat Reaper kita yang dikendalikan dari jarak jauh dari Afghanistan ke Timur Tengah," kata Hammond.

Britain sebelumnya telah mengerahkan jet-jet tempur Tornado milik Angkatan Udara Kerajaan (RAF), yang melancarkan serangan bom terhadap target-target gerombolan Negara Islam di Irak.

"Kurang lebih 20-30 persen wilayah berpenduduk di Irak kemungkinan berada di bawah kendali ISIL. Membebaskan wilayah itu dari ISIL merupakan tantangan jangka menengah, yang akan diukur dalam waktu berbulan-bulan dan bertahun-tahun, tidak dalam hitungan hari dan pekan," kata Hammond.

Menteri Pertahanan Michael Fallon mengatakan, "Kemampuan pengamatan yang dimiliki Reaper akan membantu mengawasi situasi, membuatnya menjadi aset tak ternilai bagi pemerintah Irak serta sekutu-sekutu koalisi.

"Jika operasi-operasi perlu dilakukan, Reaper punya kemampuan untuk melengkapi serangan-serangan yang telah dilakukan oleh Tornado-Tornado RAF."

Reaper yang buatan Amerika Serikat itu biasanya dipersenjatai dengan dua bom Paveway yang dikendalikan laser serta empat peluru kendali Hellfire untuk melakukan serangan dengan ketepatan tinggi.

Kementerian Pertahanan juga mengatakan sekelompok kecil infantri Inggris telah menghabiskan waktu sepekan untuk memberikan pelatihan bagi pasukan Kurdi --yang berperang dengan para gerilyawan garis keras-- dalam menggunakan senjata-senjata mesin yang diberikan Inggris bulan lalu, demikian AFP.

(T008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014