Kegiatan ini akan kami gelar di Selong, Ibu Kota Kabupaten Lombok Timur, Sabtu (18/10),"
Mataram (ANTARA News) - Lembaga Studi Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat (LSP2M) Nusa Tenggara Barat (NTB) akan menggelar dialog keagamaan terkait masalah bahaya gerakan Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS.

"Kegiatan ini akan kami gelar di Selong, Ibu Kota Kabupaten Lombok Timur, Sabtu (18/10)," kata Direktur Lembaga Studi Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat (LSP2M) Nusa Tenggara Barat (NTB), Widiyanto, di Mataram, Jumat.

Dia mengatakan, kegiatan tersebut akan diikuti 100 orang peserta yang berasal dari birokrasi, lembaga swadaya masyarakat, pelajar, mahasiswa, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pimpinan organisasi masyarakat.

Para pembicara yang akan memberikan pemahaman terkait bahaya gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), berasal dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lombok Timur, Polisi Resor Lombok Timur, Nahdlatul Ulama dan akademisi.

LSP2M NTB, kata Widianto, berusaha memberikan kontribusi untuk ikut andil dalam menyadarkan segmen masyarakat agar tidak terpengaruh ajaran dan ideologi ISIS, serta paham radikalisme berbasis agama melalui penyelenggaraan dialog keagamaan.

Dialog digelar berdasarkan realita yang berkembang dewasa ini terjadi kekerasan bukanlah merupakan sebuah tawaran yang bijak untuk menyikapi polarisasi dunia akibat tamparan hebat modernitas.

Islam memiliki banyak kerangka pemikiran untuk mewujudkan perdamaian di muka bumi. Hanya saja, eksplorasi atas makna-makna perdamaian dalam Islam telah dicemari oleh beberapa perilaku kekerasan oleh gerakan yang radikal.

"Fakta gerakan terorisme dan paham radikalisme berbasis agama terus terjadi di Indonesia, termasuk di NTB. Di Bima, misalnya, dalam waktu yang bersamaan pada Juni 2014," ujarnya.

Dalam peristiwa yang terjadi di Bima, ujar Widiyanto, dari tiga orang polisi ditembak, diduga dimotivasi oleh dorongan ideologi atas dasar agama.

Menyusul kemudian penangkapan enam orang terduga teroris di Bima, pada 20 September 2014 yang diduga terkait dengan berbagai aksi penembakan aparat kepolisian di Poso, Sulawesi Tengah.

"Kami berharap melalui dialog keagamaan para pemuda, tokoh agama dan tokoh masyarakat akan mampu memfilter diri untuk tidak mudah terjerumus dalam faham radikalisme," katanya.

(KR-WLD/M026)

Pewarta: Awaludin
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014